harga genset honda

Rahasia Sarung Ajaib Prabowo Subianto


“Maaf, mas. Lepas jaket dulu” kata Prabowo sambil terkekeh.


“Iya, pak. Monggo” jawabku menahan tawa melihatnya hanya memakai kaos putih tipis mirip model cap “angsa” yang dipakai bapak-bapak jaman dulu.


“Emang masih paling enak pakai sarung…” katanya sambil terbahak.



Ya, malam itu—akhir bulan Oktober 2013 di kaki bukit Hambalang udara sempat sangat dingin sekali. Kabut juga tampak tebal—tidak salah tempat ini disebut “padepokan”. Mirip sekali suasananya dengan kisah cerita silat jaman dahulu.



Prabowo yang biasanya setiap malam terbiasa nyaman dengan kaos dan sarungnya itu terpaksa harus berubah gaya. Melindungi diri dari udara dingin yang menusuk tulang. Walau pun beberapa jam kemudian, alam kembali normal dan baju tebalnya malah membuat gerah dan menganggu.



“Pak, calon presiden kok sarungan gitu. Nggak malu apa, pak?” kataku bertanya soal kebiasaan sarungannya beliau ini.



Pertanyaan yang salah rupanya. Sudah kutebak dari wajahnya yang mulai kesal dan terlihat tanda-tanda mulai memberikan kuliah dadakan. Hihihi…



“Begini ya, mas Srondol” kaya beliau membuka kuliah malam dadakannya.


“Kenapa sih kita malu pakai sarung? Sarung sudah menjadi bagian dari identitas bangsa. Aneka bahan kain lokal bisa jadi sarung. Dari batik, songket sampai tenun Toraja” lanjutnya.


“Iya, pak. Hehehe…” jawabku mulai malu kena skak mat!


“Coba perhatikan di Malaysia dan Myanmar. Meraka masih konsisten memakai sarung sehari-hari. Bahkan pada hari-hari tertentu di Malaysia wajib memakai sarung. Kalau di Myanmar lebih sering lagi memakai sarung, bahkan dalam acara kenegaraan.. Apa tuh nama sarung Myanmar…?”


“E…” kataku terdiam saja, mendapat pertanyaan dadakan ini.


“Yonyi… Iya, Yongyi” jawab Prabowo sendiri.



Sempat tertegun dengan pengetahuan dan pandangan Prabowo Subianto soal sarung ini. Bahkan belum sempat selesai ketertegunan, beliau menambahkan:



“Sarung itu juga multifungsi, mas”



Hahaha, statement terakhir ini mendadak mengingatkanku dengan masa-masa silam. Masa jaman masih indekos dan sering mendapat sidak (inspeksi mendadak) dari orangtua. Harap maklum, mereka rada kolot membuat peraturan—kamar kos harus tetap rapih walau jauh dari orangtua.



Dan sarung “multifungsi” ini selalu menjadi pahlawan setiap menghadapi sidak. Aneka barang yang berantakan selalau dimasukan kedalam sarung dan disembunyikan dibawah kursi. Hanya butuh beberapa detik atau menit saja untuk melakukan ini. Cukup waktu menunggu saat orangtua masih naik becak menuju kos-kosan. Hehehe…



Lebih mengagetkannya, pernah dalam sebuah buku traveling luarnegeri menyebutkan bahwa salah satu barang wajib yang dibawa adalah ‘sarong’ ini. Bisa digunakan sebagai baju, selimut, sprei bahkan tas dadakan.



Tak heran, benda yang pertama kali dibuat di negeri Yaman dan diberi nama “futah” ini disebut salah satu fashion paling ajaib yang pernah dibuat.



Bahkan salah satu sahabat saya yang merupakan perancang busana, Lenny Agustin pernah bilang sering gemas setiap sholat dibelakang suaminya. Katanya, selalu pengen di potong-potong sarungnya jadi baju. Maklum, penggila batik dan sarung untuk design rancangannya. Hahaha…



1384719622844673805

Sarungan saat kopdar ama Kong Ragile dan Zulfikar Akbar



Menariknya, pernah suatu ketika kawanku bilang—bahwa selain punya sarung untuk sholat, kita mesti punya sarung khusus untuk tidur. Sempat berfikir, ini hanya dagelan rada jorok yang merujuk pada cepatnya sarung dibuka saat hajatan suami-istri.



Namun betapa mengejutkannya saat ia dengan santai berkata bahwa sarung itu adalah pesan warisan orangtuanya. Konon, memakai sarung itu berfungsi bukan hanya sebagai penghangat badan dari dingin, namun juga untuk berjaga-jaga terhadap “musuh” dalam selimut.



Musuh yang tentunya bukan sekedar nyamuk dan tumo kathok.



Iya, tho?



[Bekasi, 18 November 2013]



sumber : http://sosbud.kompasiana.com/2013/11/18/rahasia-sarung-ajaib-prabowo-subianto-608869.html

Rahasia Sarung Ajaib Prabowo Subianto | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar