harga genset honda

urgensi cerpen


sebuah pertanyaan terlontar dari seorang teman di warung kopi. kenapa saya memilih cerpen? bagi saya, cerpen adalah bacaan yang ringan dan singkat, sehingga pembaca tidak akan jenuh untuk menyelesaikan tulisan dari penulis. sebagai sebuah karya seni, cerpen pun dikemas dengan pembubuhan kata-kata yang indah dan menarik.


lalu dia kembali bertanya. untuk apa cerpen tersebut? cerpen adalah sebuah media yang sangat efektif untuk membentuk paradigma para generasi muda. essay mungkin adalah media yang paling efisien dalam edukasi. namun dari segi efektifitas, bagi saya, cerpen adalah media edukasi yang paling efektif.


generasi muda cukup disuguhkan sebuah karya seni yang indah sembari nilai-nilai disisipkan melalui cerita. seperti yang saya katakan tadi, bahwa cerpen bukanlah media yang paling efisien, pembaca tidak serta merta memahami apa nilai yang hendak disampaikan oleh penulis. terkadang pembaca tidak menyadari nilai-nilai yang hendak disampaikan oleh penulis, namun secara tidak sadar, nilai-nilai itu tertanam di benak pembaca melalui penghayatan sebuah cerita.


oleh karena itu, penyajian cerpen harus dapat menggiring pembaca untuk menyelami kisah seolah pembaca mengalami sendiri kisah yang mereka baca. di sinilah dibutuhkan kekuatan emosi dalam penyajian cerpen. sebuah tugas pula bagi para cerpenis, jangan hanya mengejar popularitas dan rating dari penyusunan cerpen, melainkan harus memperhatikan nilai-nilai yang dapat di serap oleh pembaca. karena jika penulis pun tidak paham dengan hal ini, maka dapat merusak paradigma para pembaca.


sebagai contoh kisah nan indah namun minim nilai yaitu kisah film Titanic yang diperankan oleh leonardo dicaprio dan kate winslet. saya tidak mengambil contoh dari cerpen, karena saya tidak melihat ada cerpen yang sepopuler dan sefenomenal film tersebut. oleh karena itu, saya cukup mengambil contoh dari sebuah film yang saya yakin semua pembaca pun tahu film titanic. sebuah kisah yang menanamkan nilai untuk membangkang dari segala norma di dalam masyarakat. sementara norma ini lahir bukanlah hasil kekolotan manusia, melainkan bersumber dari nilai-nilai luhur yang tertanam pada tiap manusia. sehingga melanggar norma justru sangat kontradiktif dengan edukasi. sebagaimana prinsip edukasi adalah memanusiakan manusia. kisah tersebut justru menjauhkan manusia dari nilai-nilai kemanusiaan yang oleh sigmund freud disebut sebagai keterasingan diri.


lalu kenapa mesti cerpen bukannya film? sederhana saja. biaya pembutan film sangat besar sehingga tendensi komersilnya pun sangat tinggi. ketika tendensi komersil tinggi, maka nilai-nilai edukasi pun harus terabaikan demi mewujudkan tendensi komersil. saya masih tetap dengan tujuan awal untuk melakukan edukasi kepada generasi muda. saya belum mau menjual idealismeku untuk tujuan komersil. entahlah di esok hari hehehehe



sumber : http://sosbud.kompasiana.com/2013/11/26/urgensi-cerpen-614132.html

urgensi cerpen | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar