harga genset honda

Cerita kemarin pagi


Tadi aku dapat cerita yang cukup mengharu biru..Seorang siswiku yang cantik datang ke meja kerjaku. Awalnya aku agak terganggu juga karena lagi sibuk memperbaiki printer yang lagi gak bersahabat.Tetapi sebagai bu Guru aku tetap meladeninya. Aku hentikan sejenak aktifitasku. Lalu berbalik menghadapnya. Kutatap wajah mudanya yang halus dan bersih.


“Ibu. Bisakah hari ini aku tidak ikut belajar dan praktek hari ini?” Aku agak kaget dan heran. Tumben anak yang bermata indah ini meminta sesuatu yang rasanya aneh. Pasalnya dari sekian murid yang kuajar dikelasnya, dia masuk dalam jajaran anak yang sangat rajin dalam mengikuti pelajaranku. Bahkan dia termasuk dalam 3 besar dikelasnya.Tapi kali ini…?


“Ada apa nak? ada sesuatu yang mengganjal dengan pelajaran dari ibu?”


“Tidak ibu. Hanya saja saya merasa kurang fit. Mungkin ini akibat kecelakan kemarin yang saya alami. Saya ter jatuh dari motor.” Lalu dia memperlihatkan barut-barut bekas luka dilengannya yang putih. Begitupun noda biru kehitaman dibagian lututnya pertanda luka lebam, yang didapatnya belum lama.


“Kenapa bisa terjadi, nak?”


“Saya juga bingung Ibu. Sesaat sebelum kejadian, saat lagi mengemudikan motor, saya teringat pada almarhum ibu.Tapi ketika saya kembali konsentrasi, ternyata didepan saya sudah ada becak yang menghadang. Kejadiannya begitu tiba-tiba. Saya kehilangan kendali.”


Rasanya napas saya terhenti sejenak mendengar kisahnya.Jadi anak cantik ini, yang sehari-harinya nampak ceria, ternyata sudah piatu.


“Saya tidak ingat apa-apa. Saat saya sadar saya telah berada di klinik kesehatan dekat lokasi kejadian,”


” Sebenarnya ayah saya meminta saya istirahat .Tidak boleh ke sekolah dulu. Tapi saya tidak mau di rumah. Saya lebih suka ke sekolah. Di rumah sepi. Sejak ibu tak ada, semua aktifitas yang dulu membuat kami sekeluarga terikat kini tak lagi ada….”



Lalu aku benar-benar memutar kursi utnuk mengahadap kepadanya. Aktifitas yang terbagi tadi antara Laptop dan kisah siswiku kini fokus hanya kepadanya.



“Sejak ibu pergi kami seolah tercerai berai.Meski masih berada pada satu tempat yang sama. Dalam rumah yang sama. Ayah menenggelamkan diri dalam pekerjaanya. Kakakku yang tertua memilih merantau ke kota lain. Kakak kedua sejak selesai studi tidak berminat kemanapun. Entah apa yang dilakukannya dengan mengurung diri sepanjang waktu dalam kamarnya. Sementara kakak yang ketiga memilih ikut dengan tanteku yang juga tinggal di kota lain.”


“Kami tinggal bertiga di rumah, Bu..Tapi sepertinya hanya saya yang berada di dalamnya. Kakak saya yang kedua memang pendiam. Tetapi penyakit diamnya malah semakin kambuh setelah ibu meninggal…Kami nyaris tidak pernah lagi bertegur sapa.”


“Kami memang biasa bertemu di meja makan.Tapi ia hanya datang menyendok nasi dan lauk seadanya lalu balik ke kamar bersama piringnya….”


Dan cerita itu mengalir deras bak hujan di bulan desember. Ada bagian-bagian yang tidak sanggup saya gambarkan lagi. Satu hal yang saya tahu bahwa gadis muda ini sangat kehilangan. Bukan cuma ibu.Tapi juga seluruh kenangan manis yang pernah ia jalin bersama keluarganya. Kehilangan momen berharga sebuah keluarga utuh. Seharusnya kehilangan seseorang yang kita cintai tidak harus mengubah apa yang pernah menjadi bagian penting dalam sebuah keluarga, yaitu komunikasi. Karena dengan komunikasi kita bisa saling share tentang kesedihan kita, kegembiraan kita dan hal-hal baik yang kita jalani dalam keseharian kita. Tapi maaf saya tidak bermaksud menghakimi ataupun memberi penilaian baik dan buruk terhadap hal yang dialami siswa saya.


Saya juga pernah mengalami duka yang sangat mendalam akibat kehilangan ayah. Tapi itu terjadi pada saat saya sudah dewasa dan telah menikah. Meskipun rasanya sangat menyakitkan, karena kita punya orang-orang disekitar kita, yaitu keluarga, yang memiliki komunikasi yang cukup bagus, perasaan kehilangan itu bisa kita jalani dengan ikhlas. Bersama saudara2 saya kadang berkumpul dan membahas hal-hal manis yang pernah kami lewati bersama mendiang ayah…dan pada saat seperti itu kami seperti memanggul sebuah beban berat pada pundak, lalu bersama kami menangis.Saling memeluk dan menguatkan…dan tidak lupa saling meningatkan untuk menitip doa diakhir Sujud..


Sekali lagi saya pandangi siswi saya. Jika tadi ia dengan tegar bercerita tentang keluarganya, kini ada buliran air mata yang jatuh dipipinya.


“Bu guru…ada satu kenangan yang sangat indah dalam benakku tentang ibuku diakhir hidupnya. Bahwa seminggu menjelang kematiannya ibu mengucapkan kalimat penting yang tidak pernah kudengar sebelumnya, lawat ponsel, Ibuku mengatakan “Anakku jangan lupakan sholatmu.I love you,”Rupanya itu pesan khusus untuk pamit kepadaku. Tapi saya tidak paham dan bisa menangkap sinyalnya….”


….


Dan sayapun tidak sanggup lagi untuk tidak diiris oleh perasaan sentimentil. Sampai saya tidak sanggup berkata apapun kepadanya. Saya hanya bisa menggenggam tangannya. Dan menatap ke dalam mata beningnya seraya berbisik dalam hati “Semoga Allah melindungi dan menjagamu dari segala hal-hal buruk disekelilingmu…”





sumber : http://sosbud.kompasiana.com/2013/11/24/cerita-kemarin-pagi-612619.html

Cerita kemarin pagi | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar