harga genset honda

Satpol pp beraksi, payung ceper (tempat maksiat) mati, mahasiswa berhenti


Tentu kita semua warga kota padang tau apa itu payung ceper. Nah, kalau masih ada yang belum tau, kemana saja itu orang, sampai-sampai icon kotanya yang terkenal sendiri tidak tahu. Payung ceper adalah tempat persinggahan orang-orang yang haus akan percintaan yang tak tau kemana akan melepaskan hasratnya. Maaf kalau kata-katanya ada yang sedikit fulgar. Namun memang inilah kenyataan nya.


Di saat pemko padang sedang gencar-gencar nya untuk menyuarakan kembali ke surau, maka semakin gencar pula orang-orang yang haus akan hasratnya tersebut kembali ke payung ceper. Memang ini adalah sebuah ironi yang tidak bisa terhindarkan. Namun bagaimana lagi permintaan konsumen payung ceper ini sangat tinggi, apalagi dari calon-calon pemimpin bangsa ini yaitu mahasiswa yang tak memiliki rasa sebagai mahasiswa sesungguhnya. Tapi apalah daya, itu juga pilihan hidup mereka sendiri.


Sudah berbagai cara yang dilakukan pemerintah untuk menumpas tempat penyakit masyarakat tersebut. Ada satu cara yang sangat terasa pengaruhnya yang dilakukan pemerintah untuk menumpas payung ceper tersebut, yaitu menerjunkan satpol pp. Saat satpol pp telah beraksi para penikmat dan pemilik payung ceper tersebut kucar kacir menghindar dari sergapan satpol pp tersebut. Bahkan jika sudah bocor berita soal aksi satpol pp akan terjun menumpas tempat penyakit masyarakat itu maka payung ceper pun tidak ada satu pun yang beroperasi.


Tapi cara tersebut hanya bersifat sementara dan tak ada jua kata jera bagi para pemberi tempat payung ceper tersebut. Tapi tidak bisa kita pungkiri bahwa orang-orang yang tidak bertanggung jawab membuka payung ceper tersebut hanya karena ingin menghidupi keluarga dan penghasilan utama keluarganya. Lapangan pekerjaan yang sangat minim lah faktor utama mereka menyediakan tempat penyakit masyarakat itu.


Seharusnya kita berharap, bukan satpol pp yang harus menumpas tempat penyakit masyarakat tersebut. Tapi kita harus menyadarkan para pengguna dan penikmat tempat-tempat penyakit masyarakat tersebut. Bayangkan saja jika tidak ada orang yang memenuhi tempat-tempat seperti itu, mungkin tidak akan ada lagi yang namanya payung ceper. Dengan begitu cara seperti ini sifatnya akan terasa untuk jangka panjang dan berkelanjutan.


Bagaimana caranya? Kebanyakan pengguna tempat tersebut adalah mahasiswa dan pemuda-pemudi. Mahasiswa seharusnya sebagai agen perubahan bangsa tidak pergi ketempat-tempat yang dapat merubahnya menjadi penghancur bangsa. Jadi harus ada perhatian dari berbagai pihak untuk menyelesaikan masalah ini. Bukan hanya dari pemerintah tapi juga dari lembaga-lembaga social, ormas-ormas, dan juga dari instansi pendidikan seperti pihak universitas bahkan sekolah-sekolah sekalipun.


Karena peminat payung ceper tersebut kebanyakee334eeeran dan pada umumnya mahasiswa dan pemuda-pemudi, maka universitas dan masyarakat juga harus berperan aktif untuk menumpas payung ceper tersebut. Saya pikir, universitas harus menyadarkan mahasiswa nya untuk tidak berbuat sesuatu yang tidak bermoral. Itu lah sekarang yang terjadi, mahasiswa itu tidak sadar akan fungsi dan peranannya sebagai mahasiswa yang membuatnya melakukan hal-hal yang tidak bermoral tersebut.





Saya memiliki opini dan solusi seperti ini :


Untuk mahasiswa : Siapa saja mahasiswa yang pergi dan menggunakan tempat-tempat yang tidak benar tersebut maka akan di DO sesuai ketentuan-ketentuan yang berlaku di Universitasnya masing-masing .


Untuk pemuda-pemudi : Seharusnya pemuda-pemudi minang di sadarkan kembali tentang budaya minang sesungguhnya, yang menegakkan tiang budaya. Dengan menjalankan kembali pemuda-pemudi surau atau melakukan kegiatan kesenian budaya minang, seperti tari adat minang, randai, dan pencak silat yang di fasilitasi dan di biayai oleh pemerintah daerah.


Sekurang-kurangnya pasti ada rasa takut dan tidak ingin untuk melangkah ke tempat-tempat penyakit masyarakat tersebut. Jika demikian maka akan berkurang mahasiswa yang ingin berkunjung ke tempat itu.


Jadi yang sangat diminta adalah kesadaran dari para penikmat, pengunjung, dan penyedia payung ceper tempat penyakit masyarakat itu. Agar satpol pp tidak terlalu pusing memikirkan payung ceper yang tak pernah musnah-musnah dan selalu saja ramai pengunjung. Payung ceper bagaikan patah tumbuh hilang berganti atau mati satu tumbuh seribu.*




sumber : http://sosbud.kompasiana.com/2013/11/25/satpol-pp-beraksi-payung-ceper-tempat-maksiat-mati-mahasiswa-berhenti-610958.html

Satpol pp beraksi, payung ceper (tempat maksiat) mati, mahasiswa berhenti | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar