harga genset honda

Partai Islam Perlukah?


Islam sebaiknya menyatu dalam perilaku para politikus. Bukan menjelma dalam sebuah partai. Karena Islam adalah agama yang memberikan petunjuk jalan yang benarpada manusia. Apalagi mayoritas politikus negeri ini muslim. Namun yang memalukan adalah perilakunya masih jauh dari kata Muslim.


Orang muslim itu menurut terminologi Nabi Muhammad SAW adalah orang yang orang lain merasa selamat dari lisan dan tangannya. Artinya seorang muslim itu memiliki tutur kata yang baik. Ucapan yang mendamaikan dua kubu yang berselisih, jauh dari memfitnah, menyakiti atau perkataan apa saja yang ada unsur kedzaliman di dalamnya.


Orang Islam itu juga orang yang tangannya aman. Dalam arti tangannya penuh dengan kebaikan. Jauh dari korupsi, mencuri dan mengambil sesuatu yang bukan haknya. Tangannya itu tangan yang penolong yang lemah, pembela yang fakir dan miskin, penyayang yang muda dan pembela kebenaran. Tangan seorang muslim itu tidak menunjuk-nunjuk dengan sombong, tidak memberi intrusksi yang destruktif dan menimbulkan permusuhan. Mestinya politikus kita itu Islamnya tidak hanya di KTP saja tapi mendarah daging dalam perilakunya.


Jadi sebenarnya yang paling penting itu Islam dalam perilakunya bukan dalam nama partainya atau jargonnya saja. Malah sungguh memalukan dan pantas diganjar dosa yang jutaan kali lipat bila ada partai Islam dengan orang-orang yang berilmu Islam tinggi di dalamnya malah mencontohkan perilaku yang munkar, yang korup, yang cabul dan jauh dari perilaku Nabi Muhammad SAW yang sederhana dan bersahaja.


Seorang Muslim yang hendak terjun ke kancah politik mesti memiliki dua modal. Pertama dia harus jujur dan amanah. Jujur dalam arti menerima hanya yang menjadi haknya. Memaksakan diri untuk menolak sesuatu yang bukan haknya. Jujur dalam ucapan, tindakan dan perilaku. Amanah itu berarti menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya.


Yang kedua seorang muslim yang terjun ke politik wajib memaksakan diri untuk bergaya hidup sederhana. Mejauhi gelimang harta walaupun mampu hidup mewah. Lihatlah Said bin Amir gubernur Kufah di zaman Umar bin Khattab yang tergolong miskin hidupnya padahal dia seorang gubernur. Tak perlu jauh-jauh, seorang M.Natsir juga sangat bersahaja hidupnya. Sampai dahulu saat menyambut tamu negara dia tak memiliki gelas di rumahnya untuk menjamu tamunya. Sehingga harus pinjam gelas di tempat lain. Seorang politikus muslim harus memaksakan diri untuk hidup sederhana.


Sehingga tak perlulah partai Islam, yang penting adalah pribadi-pribadi yang Islami meskipun berada dalam partai yang tidak bernafaskan Islam. (Didi Eko Ristanto)



sumber : http://politik.kompasiana.com/2013/11/25/partai-islam-perlukah-612812.html

Partai Islam Perlukah? | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar