harga genset honda

Mobil Listrik Ada, Mobil Murah Dimanja


13848663741140257796

Mobil Toyota Kijang 1990 yang sudah dikonversi. (Repro dari makalah Mobil Listri, Kemenristek)



Siapa yang tidak membutuhkan alat transportasi, semisal mobil, semua orang pasti butuh. Siapa yang tidak suka mobil murah, semua (yang punya uang) pasti suka. Seandainya ditanya siapa yang mau mobil (gratis), pasti seluruh rakyat Indonesia tunjuk tangan. Begitulah pentingnya mobil bagi manusia, alat angkutan moderen yang bisa mengantar pengendaranya ke semua tempat, terlindungi dari hujan, angin dan terik matahari.


Masalahnya, harga kenyamanan mengendarai sebuah mobil harus dibayar dengan harga bahan bakar minyak (BBM) yang tidak murah. Dari tahun ke tahun, harga BBM terus naik, bahkan negara dibuat kewalahan menalangi subsidi BBM. Data Kemenristek Republik Indonesia (2013) mengungkapkan bahwa proporsi penggunaan energi oleh sektor transportasi mencapai 50% lebih dari total penggunaan energi nasional yang 92% bersumber dari BBM.


Lebih lanjut, data itu menyebutkan, sebesar 88% konsumsi BBM untuk sektor transportasi dihabiskan oleh angkutan jalan, hanya 7% untuk angkutan laut dan 4% untuk angkutan udara. Dari 88% konsumsi BBM oleh angkutan jalan, sebesar 32% dihabiskan oleh mobil angkutan barang, 34% dihabiskan oleh mobil pribadi, 13% dihabiskan oleh sepeda motor, dan 9% dihabiskan oleh bus dan angkutan kota lainnya. Dengan demikian, dari 363 juta barel penggunaan BBM pada tahun 2010, sebanyak 191,9 juta barel dihabiskan oleh angkutan jalan.


Melihat pola konsumsi BBM tersebut, wajar jika pada akhirnya Indonesia menjadi negara pengimpor BBM. Dan, status sebagai negara pengimpor BBM sudah disandang Indonesia sejak tahun 2004. Permintaan pasar terhadap energi fosil itu terus meningkat, lebih-lebih sejumlah industri otomotif mulai meluncurkan sejumlah produk baru yang kita kenal dengan mobil murah. Harganya tergolong murah untuk mereka yang punya uang, tetapi mobil itu tetap harus digerakkan dengan energi fosil (meski diinformasikan hemat BBM). Pastinya, kemandirian energi nasional akan terancam jadinya.


Seharusnya, energi nasional yang berasal dari fosil seperti minyak bumi, gas bumi maupun batu bara lebih difokuskan untuk membangkitkan energi listrik. Lebih-lebih energi fosil yang bersumber dari batu bara (sumber dayanya capai 104,4 milyar ton) dan energi terbarukan lainnya sangat melimpah di bumi nusantara ini. Ini artinya, penggunaan energi fosil untuk angkutan jalan dikurangi dengan mengalihkan mobil berbahan bakar fosil ke mobil listrik.


Faktanya, dunia otomotif kita malah dibanjiri oleh produk mobil baru yang disebut dengan istilah “mobil murah.” Lebih ironis lagi, seperti ditulis VIVANews (Selasa, 19/11/2013), Menko Perekonomian Hatta Rajasa didepan anggota DPD-RI menyatakan “Program KBH2 (Program Kenderaan Bermotor Roda Empat yang hemat energi dan harga terjangkau) ini mendatangkan komitmen investasi senilai US$3 miliar dari industri otomotif dan US$3,5 miliar dari sekitar 100 industri komponen otomotif baru.”


Padahal, meskipun sebahagian komponennya dibuat oleh industri lokal, toh mereknya tetap milik asing. Merek-merek mobil tersebut sudah sangat terkenal sehingga sangat kecil peluang merek lokal untuk bersaing dengan mereka. Satu-satunya upaya agar mobil produk bangsa sendiri dapat bersaing dengan mobil bermerek itu adalah dengan memproduksi mobil listrik.


13848656536762694

Dahlan Iskan dengan mobil listrik made in Depok (Foto: Kompas.com)



Sebenarnya riset mobil listrik di Indonesia sudah dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan beberapa orang lainnya, diantaranya Dasep Ahmadi. Antara tahun 1997 hingga 2005, LIPI telah berhasil membuat mobil listrik untuk kegunaan khusus (dipakai dilapangan golf) yang diberi nama Marlip.


Kemudian, pada tahun 2010, LIPI berhasil melakukan konversi mobil berbahan bakar BBM ke kenderaan berpenggerak listrik. Kenderaan yang dikonversi ini adalah Toyota Kijang 1990 dengan daya motor listrik 52 HP dan torsi maksimum 156 Nm. Hebatnya, Toyota Kijang 1990 yang sudah menggunakan penggerak listrik itu tetap digunakan sampai saat ini sebagai kenderaan operasional LIPI. Konon, pengoperasian Toyota Kijang 1990 itu telah mencapai lebih dari 35.000 Km.


Nah, mobil baru dengan penggerak listrik bisa dibuat oleh LIPI. Terus, mobil lama berbahan bakar fosil sudah dibuktikan oleh LIPI bisa dikonversi menjadi mobil berpenggerak listrik. Ini artinya, mobil masyarakat yang selama ini digerakkan dengan BBM (energi fosil), dipastikan bisa dikonversi ke mobil berpenggerak listrik. Ramah lingkungan dan tak perlu menggunakan BBM. Apalagi?


Persoalannya, siapa yang akan melakukan konversi itu? Sampai saat ini belum ditunjuk satu perusahaan yang direkomendasikan untuk proses konversi. Harusnya, produksi mobil listrik itu dan konversi mobil berbahan bakar BBM ke mobil listrik menjadi program nasional yang mengacu kepada hasil riset LIPI. Atas dasar itu, pemerintah (dapat) mewajibkan industri otomotif di dalam negeri untuk memproduksi mobil listrik, termasuk kewajiban mengkonversi mobil berpenggerak BBM ke mobil listrik.


Lantas, kenapa langkah maju yang sudah dimulai oleh anak bangsa yang bekerja pada lembaga negara bernama LIPI ini seperti terbiarkan? Malah para petinggi di negeri ini “sibuk” merasionalisasikan mobil murah dengan alasan akan masuk investasi miliaran dolar. Terkadang mereka yang ada “disana” mengajak kita untuk mengubah pola pikir, seolah-olah mereka yang “disana” takluk kepada para produsen itu. Ada apa ya?


Tahukah pembaca, pabrik otomotif Nissan hingga April 2012 telah menjual mobil listrik Nissan Leaf sebanyak 27.000 unit, sedangkan Mitsubishi I-MiEV telah laku 17.000 unit hingga Oktober 2011. Di California, Tesla Motors telah menjual 1500 unit Tesla Roadster sejak diluncurkan tahun 2008 hingga 2011. Dan, Pemerintah Jerman telah menyiapkan dana sebesar 17 miliar Euro untuk National Platform for Electric Mobility (NPE). Obama, Presiden AS, merencanakan telah memiliki 1 juta mobil listrik on the road pada tahun 2015. China malah menganggarkan US$15 miliar untuk menghasilkan 5 juta mobil listrik tahun 2020 (Sumber: makalah Mobil Listrik, Kemenristek, 2013).


Jangan-jangan (mudah-mudahan asumsi ini salah), banjirnya mobil memasuki pasar Indonesia, baik yang bernama mobil murah, hemat energi atau apapun istilahnya adalah proses cuci gudang menjelang mobil listrik membanjiri pasar dunia. Barangkali juga hasil penyadapan yang dilakukan Oom Sam dan Tante Aussie terhadap para petinggi “disana” telah memberi mereka informasi tentang rencana peluncuran mobil listrik made in Indonesia. Oleh karena itu, secepatnya mereka janjikan investasi besar-besaran asal yang “disana” bisa “memanjakan” mobil murah yang notabene bagian dari cuci gudang. Haiiikkkkkk…..



sumber : http://teknologi.kompasiana.com/otomotif/2013/11/19/mobil-listrik-ada-mobil-murah-dimanja-612352.html

Mobil Listrik Ada, Mobil Murah Dimanja | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar