Oleh : Mulyadi Muslim (Fungsionaris KNPI Padang)
Secara usia saya jauh lebih yunior dari bang Fachrul, sehingga saya dan hampir semua wartawan dan orang yang mengenal beliau dalam setiap pelatihan jurnalistik menghormati dan mengagumi cara menulis dan termasuk cara beliau dalam mengkritik sesuatu yang begitu sangat tajam dan menusuk perasaan orang yang mendegarnya. Bahkan jika orang yang dikritiknya ada dihadapan bang Fachrul, maka saya sangat yakin sudah merah padam muka yang bersangkutan.
Cukup lama suara atau tulisan bang Fachrul tidak terdengar, setelah sebelumnya begitu rutin tulisannya keluar mengkritisi kasus dana safari dakwah dalam APBD Sumbar. Kemudian tenggelam dan tiba-tiba muncul di harian Singgalang pada hari Jum’at tanggal 15 November dikolam komentar dengan judul “Haram di Mimbar Halal di Meja”, kemudian di harian Padang Ekspres pada hari Minggunya dengan judul “Papek di Lua Runciang di Dalam” pada kolam khazanah.
Tulisan Haram di Mimbar halal di Meja nampaknya ditujukan kepada Gubernur oleh bang Fachrul, sementara tulisan Papek di Lua Runciang di Dalam” secara tegas ditujukan kepada Mahyeldi calan Walikota Padang yang akan bertarung pada putaran kedua, karena suaranya baru mencapai 29,45% suara. Karena sejak alinea kedua sampai sembillan mengulas semua program yang ditawarkan Mahyeldi kepada Masyarakat. Jika pada tulisan Haram di mimbar halal di Meja bang Fachrul nampaknya masih menahan-nahan ketajaman kritik lewat tulisannya, tetapi pada tulisan keduanya (Papek di Lua Runciang di Dalam), kayaknya emosi seorang bang Fachrul sudah meledak, sehingga tidak tertahan lagi dan sampai pada kesimpulan bahwa semua program Mahyeldi hanya janji-janji belaka, dan bahkan bang Fachrul menggiring pembaca pada kesimpulan bahwa Mahyeldi adalah munafik, karena hanya bisa membuat janji.
Sebgaimana penulis sampaikan diawal, bahwa orang yang sudah mengenal seorang bang fachrul sejak lama, mungkin akan menanggapinya secara biasa-biasa saja, tetapi kalau baru pertama kali bertemu dengan beliau, mungkin merah padam muka kita dibuatnya, atau bisa jadi meledak juga emosi kita.
Sesuai dengan namanya, Fachrul dalam bahasa arab bermakna hebat, gagah, tetapi juga ada makna negatifnya(yaitu sombong). Kemudian kata Rasyid bermakna cerdas, pintar tetapi juga bermakna “tajam”. Nampaknya kesan sombong dan tajam sudah menjadi cirri khas tulisan bang Fachrul terutama kepada para pejabat yang tidak sejalan dengan pemikiran beliau, atau tidak mau melibatkan beliau dalam kegiatan pemerintahan. Dulu di masa duet gubernur Gamawan Fauzi-Marlis Rahman, ketajaman tulisan bang Fachrul digunakan untuk melakukan pembelaan kepada Gamawan dan programnya. Tetapi sejak tidak mangkal lagi di Gubernuran atau tidak ada lagi orderan tulisan dari Gubernur, kayaknya ketajaman tulisan beliau berbalik arah.
Terkait tulisan bang Fachrul yang kedua “Papek di lua Runciang di Dalam” nampaknya juga persis sama, bahkan penulis menangkap seolah-olah adalah tulisan pesanan. Jika bang fachrul tidak setuju atau tidak percaya dengan program yang ditawarkan Mahyeldi, maka akan lebih elok jika bang Fachrul berdiskusi panjang lebar dengan Mahyeldi atau timnya, berikan masukan dan pandangan obejktif. Atau jika merasa tidak separtai dengan Mahyeldi dan timnya, kenapa tidak dikeluarkan tulisan tersebut sejak awal-awal kampanye dulu, sehingga jelas bahwa bang Fachrul berada pada tim Emyu (Golkar dan PBB). Karena yang penulis ketahui bahwa program yang ditawarkan Mahyeldi sudah ada sejak putaran pertama. Sehingga dengan demikian bisa mendongkrak suara Emyu dan jika tim Mahyeldi merasa dirugikan oleh tulisan bang Fachrul karena bisa dianggap sebagai bagian dari blac campaign, maka bisa dilaporkan kepada yang berwenang.
Jika program Mahyeldi dianggap janji-janji belaka, tentu ini bertolak belakang dengan tulisan Mahyeldi pada harian Singgalang dengan judul “Mengurai Program Untuk Perubahan Lebih Baik”. Dalam tulisan tersebut Mahyeldi menegaskan bahwa program yang ditawarkannya sudah berdasarkan kajian, hasil survey dan menghitung potensi daya dukungnya, dan ternyata mampu mendulang suara hingga mencapai 29,45%. Maka dengan demikian bisa jadi bang Fachrul yang keliru sehingga telunjuk lurus kelingkiang bakaik, tungau disabarang lautan nampak sementara gajah dikelopak mata tidak terlihat.
Atau jika bang Fachrul ingin objektif mengkritisi program dua kandidat walikota yang tersisa, seharusnya tulisan dengan ketajaman analisa tersebut juga ditujukan kepada Deje. Karena berdasarkan kesimpulan bang Fachrul bahwa janji calon walikota hanya janji-janji politik dan tidak masuk akal bahkan cendrung berujung kepada sikap munafik, maka program Deje yang merencanakan Padang menjadi Kota Strategis Nasional tentu lebih jauh panggang dari api alias tidak masuk akal. Karena yang sudah ada jumlah nominal, waktu, jumlah, plus pengakuan Mahyeldi bahwa semua program unggulannya telah dikaji secara matang dimata bang Fachrul tidak masuk akal, apalgi mau menjadikan Padang sebgai Kota Strategis Nasional, apa rasionalnya, dan bagaimana kajiannya? Semoga dalam minggu ini atau minggu depan juga keluar tulisan bang Fachrul yang menelanjangi program yang ditawarkan Deje, sehingga saya atau pembaca yang lainnya tidak menyimpulkan bahwa tulisan bang Fachrul adalah tulisan pesanan untuk menohok salah satu calon, mempengaruhi para pemilih. Karena dalam minggu ini para wartawan dan pemerhati media sedang dihebohkan dengan pengakuan mantan wartawan Tempo dengan nama samaran “ Hijab hitam” yang menjelaskan bagaimana opini bisa dibuat, digiring dan dimainkan oleh oknum wartawan dan itu sangat tergantung berapa besar “nilai proyeknya” atau mengutip bahasa ex wartawan Tempo “Jale” alias kejelasannya.
Semoga bang Fachrul telah membacanya tulisan dimaksud atau sedang menyiapkan tulisan yang sama untuk Deje sehingga ketajaman tulisan bang Fachrul tidak berat sebelah dan subjektif. Jika tidak ada, maka saya mohon maaf kepada Bang Fachrul karena saya akan menyimpulkan bahwa bang Fachrul telah menjadi tim suksesnya Deje dan telah menggantung idealisme jurnalistiknya, karena untuk pencalegan DPRD Provinsi juga butuh “Jale”. Sekali lagi mohon maaf, semoga ini tidak terjadi bang.
0 komentar:
Posting Komentar