Tak sedikit yang berkomentar miring tentang program Low Cost Green Car (LCGC). Umumnya mereka mengeluh tentang dampak negatif akibat mobil-mobil murah tersebut terhadap kian bertambahnya kemacetan.
Alasan paling umum adalah dengan terjangkaunya harga jual mobil, maka akan semakin mudah masyarakat mendapatkan sebuah mobil. Ujung-ujungnya, kenaikan volume dikambinghitamkan sebagai penyebab kemacetan di kota-kota besar, terutama Jakarta.
Ini ironis mengingat yang mengeluh bukan hanya masyarakat biasa, namun juga dilontarkan oleh beberapa pejabat pemerintahan.
Padahal jika diingat dengan baik, program LCGC berangkat dari semangat positif yakni kesadaran akan urgensinya transportasi ramah lingkungan dan berharga terjangkau.
Ramah lingkungan adalah keharusan karena mobil diprogram harus hemat bahan bakar. Sedangkan harga terjangkau merupakan niat indah agar terbuka kesempatan lebih luas bagi masyarakat untuk memiliki moda transportasi pribadi yang lebih baik.
Dan program LCGC lebih dari sekadar mobil murah . Ada faktor lain seperti nilai investasi yang masuk ke Tanah Air. Suzuki Karimun Wagon R misalnya. Dalam proses produksi hingga promosi membutuhkan dana tak kurang dari Rp 10 triliun. Ini baru satu merek, jika ditambah peserta LCGC yang lain tentu signifikan menjadi industri yang penting bagi perekonomian Nasional.
Dalam produksinya pun turut melibatkan perusahaan-perusahaan lain di Indonesia. Karena memang program ini mensyaratkat kandungan lokal yang cukup tinggi. Terbayang berapa banyak lapangan kerja yang terserap oleh program LCGC.
Belum lagi soal alih teknologi dari prinsipal ke insinyur-insinyur Indonesia. Artinya ada para putra bangsa yang terlibat dalam teknik pembuatannya pun semakin menguasai teknologi yang disertakan.
Hebatnya, mobil-mobil yang masuk dalam program LCGC ini tetap memiliki standar kualitas tinggi. Seperti Suzuki Karimun Wagon R yang akhir November ini akan diekspor ke Pakistan dan menyusul negara-negara Eropa Timur.
Sungguh terenyuh jika banyak beberapa kalangan mengeluh tentang kalah pamornya Indonesia dari Thailand yang dianggap kiblat industri otomotif ASEAN. Sementara program yang sebenarnya baik ini justru mendapat cibiran, bahkan dari dalam negeri itu sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar