SOSOK menteri Perdagangan RI yang tiba-tiba ngiklan di Kompasiana memang bikin sebagian orang eneg. Bahkan sudah banyak tulisan yang menyinggung Gita Wirjawan. Hebatnya, admin Kompasiana pun mengangkat tulisan kritis tersebut di halaman depan. Bahkan salah satunya jadi trending articles (itupun dengan judul yang berbau Jokowi, yang pastinya SEO banget. Hehe ..). Tentu saja saya jadi salah satu orang yang terganggu dengan iklan yang sampai empat biki itu. Satu bersifat pop up, yang harus di-close untuk menutup iklan itu, satu lagi di pojok berbentuk flash, satu lagi di atas label Kompasiana. Wah, butuh berapa duit ya buat Om Gita untuk ngiklan di Kompasiana?
Menyayangkan Kompasiana membuka peluang buat orang-orang seperti Om Gita pun bukan tindakan yang bijak. Sebab Kompasiana hidup dari iklan. Pernah banyak iklan atau sponsor yang bekerja sama dengan Kompasiana, semuanya dimaklum. Tapi ketika pejabat publik ngiklan, wow jadi santapan seru nih buat kompasianer-kompasianer yang dikenal kritikus ini. Sebagian menulis, sebagian menulis tajam tanpa takut. Saya di posisi ini sebagai pembaca, sangat terhibur membaca habis artikel teman-teman saya ini. Bahkan Pak Gunawan membuat artikel untuk menghapus aktifitas iklan di sebuah laman situs. Yakni dengan add ons adblock.
Artikel lainnya, yang bernafaskan sama, juga ikut tersimak sebagai tulisan yang enak sekali dijadikan camilan. Sampai-sampai ada yang menulis di rubrik humor sampai fiksi. Dan biasanya sih, terutama buat pendukung Jokowi, aksi ngiklan mengiklan Om Gita ini kerap kali dihubung-hubungkan sama Jokowi yang digadang-gadang bakal jadi capres itu. Katanya Jokowi ndak perlu iklan, popularitasnya sudah cukup tinggi. Ndak perlu pakai promosi ‘murahan’ segala. Ada pula yang menyangkutpautkannya sama Soekarno segala. Memangnya di zaman Soekarno ada iklan juga ya. Hehe …
Setidaknya dari semua yang telah tertera di berbagai tulisan ini, mata kita semakin membuka saja terhadap aksi capres dalam merebut simpatisan. Ini bisa disebut sebagai pelajaran, kalau mau menyebutnya begitu. APa saja?
Pelajaran
1. Mendapati iklan yang langsung ngajedog teu puguh (nongol tiba-tiba) di situs kesayangan memang mengesalkan! Ibaratnya seperti kita dipaksa melihat sesuatu yang tak diharapkan. Tapi jika kita bersabar dan berpikir positif, maka pribadi positif dalam diri kita pun akan lebih kita miliki. Cukup gelengkan kepala dan mungkin bergumam “ada-ada aja ini pejabat RI ..” Kalau masih terganggu, bisa bangun aplikasi penghilang iklan.
2. Kita semakin melek bahwa beberapa pejabat yang mau jadi capres/indikasi jadi capres, ternyata memang mau serba praktis. Berpikir bahwa dengan memasang iklan sana-sini dapat menyentuh hati kita semua. Padahal bisa jadi kita tidak malah jadi penasaran, melainkan memendam muak. Apalagi Om Gita katanya pasang iklan juga di facebook dengan judul dan thumbnail yang .. aduh ndak bingit!!
Bagi yang mau nyapres
1. Dirikan pendekatan yang elegan, edukatif, smooth, tapi kena. Misalnya sebelum 2014, sudah bikin buku autobiografi atau mungkin novel. Atau menuangkan ide dan gagasan di blog pribadi atau jadi kompasianer. Hal itu malah bikin kita dekat dengan ‘masyarakat’ kita. Jangan malah ujug-ujug ngasih iklan. Pasti masyarakat juga kaget.
Apa lagi ya? Ya, pokoknya banyaklah yang bisa dipetik dari iklan mengiklan ini. Entah sampai kapan Om Gita akan mejeng di Kompasiana ini. Kita lihat saja ke depannya, seberap besar pengaruh iklannya ini pada perjuangannya merebut simpatisan. hehe ..
*
0 komentar:
Posting Komentar