Ruatan adalah sebuah kebudayaan yang diciptakan dari pemikiran dan kejadian-kejadian yang terjadi di masa lalu. Kebudayaan adalah sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat (Selo Soemardjan dan Selo Soemardi, 2007,p.151)
Ruatan adalah sebuah tradisi yang dilakukan untuk menjaga dirinya dari marabahaya orang jawa biasa menyebutnya dengan tolak balak ada juga yang menyebutnya sebagai tradisi yang diadakan untuk membuang kesialan. Di daerah Bojonegoro, Jawa Timur masyarakatnya melakukan tradisi tersebut dengan berbagai cara diantaranya adalah dengan mengatamkan/hataman al-quran dirumahnya selama seharian, ada yang membuat 7 tumpeng nasi kuning, ada yang dengan di sewakan wayang beserta dalang dan gamelannya ada juga yang dengan mandi kembang semua itu tergantung dengan kepercayaan masing-masing antara satu orang dengan orang yang lain.
Ruatan ini dilakukan dengan beberapa kriteria diantaranya adalah apabila dalam sebuah keluarga ada anak laki-laki tunggal (tidak memiliki saudara kandung) ontang-anting atau anak perempuan tunggal (tidak memiliki saudara kandung) unting-unting, 2 anak (kembar sejenis/kembar sepasang, kembar lain jenis/ kembar), Satu anak laki-laki dan anak perempuan gendhana-gendhini, 3 anak yang berlainan jenis (laki-laki,perempuan,laki-laki/Sendang kapit pancuran atau perempuan, laki-laki,perempuan/Pancuran kapit sendang), 3 laki-laki ( cukil dulit) atau 3 perempuan (gotong mayit ), 5 perempuan( pandhawa pancala putri) atau 5 laki-laki ( pandhawa ).
Tradisi ruatan ini tidak hanya terjadi di daerah Bojonegogo saja melainkan juga hampir di seluruh daerah jawa timur untuk daerah di luar jawa timur yang juga melakukan tradisi ini adalah daerah jogja dan jawa tengah.
Tradisi ruatan termasuk kebudayaan yang pada prinsipnya berdasarkan atas berbagai sistem kebutuhan manusia. Misalnya,guna memenuhi kebutuhan manusia akan keselamatan,maka timbul kebudayaan yang berupa perlindungan, yakni seperangkat budaya dalam bentuk tertentu, seperti lembaga kamasyarakatan (Malinowski,2004,p.31)
Menurut sejarah para leluhur, adanya tradisi ruatan ini terjadi karena adanya sejarah tentang Batara guru dan istrinya Dewi Uma. Dalam kisahnya Batara guru melakukan tindakan yang kurang beradab yaitu dalam perjalanannnya mengelilingi pulau jawa dengan menggunakan sebuah lembu terbangdalam penerbangannya Batara Guru memaksa Dewi Umma melakukan hubungan suami istri karena Dewi Umma menganggap hal tersebut kurang bernorma(karena dilakukan diatas lembu terbang) akhirnya Dewi Umma mengumpat Batara guru dan mengabaikannya tanpa sengaja air benih (sperma) menetes kelaut dan menimbulkan suara yang gemuruh dari cerita tersebut maka hiduplah Batara kala yang muncul dari benih Batara Guru. Batara kala yang berupa raksasa galak mencari mangsa di tanah jawa untuk menjaga diri dari Batara Kala penduduk jawa melakukan tradisi ruatan tersebut.
Fakta yang terjadi dilapangan mengenai tradisi ruatan ini adalah:
1) Ruatan yang pernah saya tahu adalah perayaan yang diadakan oleh kakak kelas saya dan teman saya
a) Perayaan ruatan ini diadakan karena dia anak tunggal perempuan dan ruatannya dirayakan dengan menyewa wayang dan acaranya semalam suntuk,
b) Pernah juga tetangga saya merayakan ruatan dengan tasyukuran ini karena dia anak laki-laki yang dihimpit oleh 2 perempuan (perempuan-laki,laki-perempuan)
c) Ada juga yang lain perayaannya diadakan tahtimul qur’an ini karena dia anak perempuan yang cuma memliki satu saudara yaitu laki-laki,
d) Ada juga yang melakukan ruatan tapi tidak melakukan perayaan,seperti temen saya dia anak tunggal malam sebelum pernikahan dia melakukan ritual mandi kembang jam 12 malam dan itu harus dimandikan oleh bapaknya, saya sempat tanya untuk apa harus dilakukan semacam itu dia menjawab katanya untuk pengganti perayaan ruatan.
0 komentar:
Posting Komentar