harga genset honda

Menjemput Takdir ala Dahlan…


Dahlan sempat terdiam sejenak, merenung tidak langsung menjawab ketika ditanya media niatnya ikut konvensi Partai Demokrat. Sesaat barulah dia menjawab “ Menjemput takdir…..” sambil tertawa meninggalkan wartawan. Entah serius apa bercanda jawaban Dahlan segera menghiasi media nasional, baik online maupun cetak. Sebagian pihak merasa senang memperoleh amunisi baru buat memojokkan Dahlan.


Media online Kompas edisi 10 September 2013 bahkan memuat berita Dahlan Iskan sesumbar bahwa dirinya ditakdirkan untuk menjadi presiden. Tudingan negatif pun langsung meluncur, Menteri BUMN ini dianggap terlalu percaya diri bahkan terlalu sombong dengan mengeluarkan pernyataan seperti itu.


Benarkah Dahlan memang merasa ditakdirkan jadi Presiden berikutnya?

Tidak ada yang salah dengan kalimat yang diucapkan Dahlan. Sebagai seorang muslim yang juga pengikut tarekat Syattariyah Dahlan tentu paham dengan dunia tasawwuf yang kerap juga membahas masalah qadha’ dan qadar atau takdir ini. Bagi seorang muslim takdir adalah hal ghaib rahasia Allah yang mempercayainya termasuk wajib hukumnya. Takdir bahkan masuk dalam rukun iman yang keenam, rukun iman yang terakhir.


Ketika mengatakan menjemput takdir yang dilakukan Dahlan adalah sekedar berusaha dan berprasangka yang baik kepada Allah. Dahlan tentu paham bahwa untuk meraih sesuatu tidak cukup hanya dengan berpangku tangan, perlu kerja keras dan juga doa. Dahlan tentu juga sangat paham bahwa siapa yang menjadi Presiden nanti masih misteri karena memang belum terjadi.


Bisa jadi Dahlan lah yang jadi Presiden atau orang lain entah siapa, yang dilakukan Dahlan adalah berusaha ketika memang takdir itu jatuh kepadanya maka dia telah berupaya meraihnya, tidak berpangku tangan saja sehingga dia tidak malu dihadapan Allah nanti karena telah berusaha dan bekerja sebaik baiknya sebagai abdi negara.


Tidak mungkinlah membayangkan seorang Dahlan berkata bahwa bahwa kalau memang sudah ditakdirkan jadi Presiden ya jadi lah, buat apa susah susah ikut konvensi atau bekerja setengah mati membangun negeri jadi santai santai sajalah dunia gak akan kemana. Itu bukanlah Dahlan yang kita kenal selama ini.


Bila pun ketika takdir Presiden itu tidak jatuh kepadanya, Dahlan tetap berprasangka baik kepada Allah dengan tetap bekerja sebaik baiknya. Bagi Dahlan bekerja dan berusaha wajib hukumnya masalah hasil bukanlah urusannya. Bukankah dengan ikhtiar dan berdoa Allah masih berkenan merubah semuanya. Sesungguhnya Allah tidak akan Merubah nasib suatu kaum Sebelum mereka berusaha merubahnya Sendiri (QS 13 :11 ).


Kalaupun akhirnya tidak menjadi Presiden Dahlan pun akan ikhlas menerima. Selama ini pun jadi menteri tidak pernah dia meminta, begitu pula gajinya tak pernah dia terima. Bagi Dahlan menulis buku, menjadi guru jurnalistik dan mengelola pesantren sudah cukuplah baginya selepas berganti hati yang baru di China.


Saat ada di Serang Dahlan pun menjelaskan lebih rinci sikapnya ”Saya diminta Presiden untuk ikut konvensi Partai Demokrat. Sekali lagi saya tidak bisa menolak dan tidak tahu mau jadi apa dan ditakdirkan apa saya akan menerima takdir dan menjemput takdir,” ( Banten Raya news )


Pengalaman sebagai dirut PLN dan menteri BUMN tentunya membuat Dahlan tahu ada yang salah dengan negara ini. Ironis, negara kaya gas tapi mau beli gas buat rakyatnya aja susahnya bukan main. Dahlan sampai ngemis ngemis ke Ditjen Migas buat pasokan gas ke PLN. Masalah pencurian minyak Pertamina apalagi, sudah jelas pelakunya siapa tempatnya dimana tapi susah sekali diberantas, kalaupun tertangkap hanya sekelas kroco kroconya saja.

Itu hanya sebagian kecil saja, masih banyak masalah kronis lainnya yang perlu ditangani segera, birokrasi dan korupsi misalnya.


Masalah masalah yang tidak cukup ditangani hanya oleh pejabat setingkat Dirut PLN atau Menteri BUMN saja. Perlu campur tangan kekuasaan yang lebih besar dan berpengaruh di dalamnya. Sama seperti Mahfud MD, Dahlan pun berprinsip selama masih punya palu ( kekuasaan ) mari kita gunakan palu itu berkali kali buat kesejahteraan rakyat. Kekuatan palu seorang Menteri tentu beda dengan palu seorang Presiden.


Ada banyak macam cara dalam upaya menjemput takdir ini. Bila kandidat lain tayang tiap hari di televisi dengan iklan yang mengharu biru, Dahlan tampil dengan baju putih di kehidupan rakyat dengan bekerja secara nyata. Rakyat tentu bisa menilai mana kandidat yang memang benar benar bekerja untuk mereka dan mana yang hanya polesan belaka….


Salam



sumber : http://politik.kompasiana.com/2013/11/18/menjemput-takdir-ala-dahlan-611995.html

Menjemput Takdir ala Dahlan… | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar