Menarik jika kita melihat realita yang terjadi di Negara kita yang tercinta ini. Menjelang pemilu(entah itu pilkada, pilgub, pileg,pilpres,atau pilkades sekalipun) selalu atau bahkan bisa dikatakan sebagai agenda wajib para calon kandidat untuk bersaing dalam hal janji yang akan ditepatinya jika dia sudah menjadi pemimpin. Pertanyaannya kita selanjutnya, apakah benar janji itu ditepati?. Jawabnya simple, pasti saya tepati(kata kandidat). Semua bersaing untuk menjajikan kemakmuran bagi seluruh warganya. Tapi apa yang terjadi selanjutnya? Adakala janji itu di tepati, bukan tidak mungkin pula janji itu akan tidak ditepati. Apakah mereka yang lupa? Atau kita yang melupakannya?
FLASHBACK
Mari kita lihat janji Ibu Megawati saat kampanye tahun 1999 :
http://www.atjehcyber.net/2012/08/janji-cut-nyak-megawati-di-tanah-serambi.html
anda bisa menilai sendiri apakah megawati ingkar atau tidak
Begitu pula janji SBY ketika kampanye di tahun 2004 :
http://celotehanakbangsa.wordpress.com/2009/06/30/sby-kau-yang-berjanji-kau-juga-yang-mengingkari/
anda bisa baca sendiri dan menilainya.
Itu adalah sebagian janji yang di ucapkan 2 orang presiden pada masa setelah orde baru. Saya hanya mengambil refrensi para presiden kita, karena jika semua janji politikus yang baik maupun yang busuk, tentu saja tidak cukup 1 atau 2 hari saya mencari refrensinya. Apa yang dilakukan calon pemimpin kita selama ini hanyalah seperti penjual salak di pinggir jalan,dimana buah ditaruh di keranjang yang bagus di bagian luar dan yang busuk di bagian dalam. Bersyukurlah kita jika seandainya buah yang busuk bisa di tukar lagi, tapi jika tidak bisa? Kita mau melakukan apa selain menyesalinya?
SEBERAPA BERANIKAH CALON PEMIMPIN KITA MELAKUKAN KONTRAK KERJA DENGAN RAKYAT?
Hal yang sama bisa kita temukan dalam calon pemimpin kita. Janji ibarat buah yang manis rasanya ternyata rasanya busuk, . hal itu di tutupi dengan buah yang manis dan menaruhnya agar buah yang busuk tidak terlihat atau yang lebih ekstrim lagi semua buah busuk tetapi di tempatkan dalam keranjang emas, siapa yang tidak tergoda?. Itulah gambaran politikus masa kini.
Mendekati pemilu tahun 2014, saya berharap para calon yang akan memimpin bangsa ini bisa melakukan kontrak kerja dengan rakyat . dengan konsekuensi tertetu terkait pelanggaran janji yang telah di buat dengan rakyat. Karena selama ini yang saya tahu calon pemimpin lebih mementingkan kontrak politik dalam suatu koalisi parpol. Jika hal ini terjadi maka yang akan jadi korban adalah rakyat karena yang di jadikan pembantu bukan seorang yang professional di bidangnya, melainkan hanya titipan parpol.
Dampak kontrak kerja inipun sangat bagus bagi masyarakat kecil seperti kita, karena tak perlu demo untuk memenuhi tuntutan kita. Dan kitapun akan mendapatkan pemimpin yang profesional, karena yang beranimelakukan kontrak seperti itu hanya orang yang memang betul-betul mumpuni baik kualitas ataupun kuantitas. Atau seseorang yang memang bekerja untuk rakyat dan mengabdikan hidupnya untuk kepentingan rakyat banyak.
Tapi Saya masih sangsi dengan keberanian calon pemimpin kita untuk melakukan kotrak kerja dengan rakyat, sekalipun itu seorang Joko Widodo. Akankah ada nyali seorang calon pemimpin bangsa yang besar ini untuk melakukan kontrak kerja dengan rakyat??? Mari kita tunggu di 2014
0 komentar:
Posting Komentar