harga genset honda

DUKUNGAN ELIT VS AKAR RUMPUT


Oleh : Mulyadi Muslim


(Fungsionaris KNPI Kota Padang)


Sebagaimana diprediksi oleh para pengamat, bahwa Pilkada Kota Padang putaran kedua akan semakin panas dan seru. Kepastian putaran kedua sejatinya belum ada kepastian dari KPU Padang. Rencana awalnya tanggal 11 ataupun yang kedua tanggal 18 Desember bisa saja molor karena gugatan paslon nomor 2 (Michel-Jadi) sudah masuk ke MK namun belum terigister, sehingga belum ada kepastian kapan jadwal sidangnya. Namun demikian paslon yang masuk pada putaran kedua nampaknya telah mengambil ancang-ancang, membuat strategi baru serta konsolidasi internal.


Salahsatu strategi yang dipertontonkan oleh paslon walikota dan wakilnya kepada warga kota Padang adalah publikasi dukung- mendukung. Mencermati pemberitaan di media cetak ataupun elektronik dalam satu pekan ini, maka warga kota Padang disuguhi informasi bahwa orang sekaliber Azwar Anas (mantan Menko Kesra) yang selama ini tidak terdengar suaranya dalam aktifitas politik praktis ikut nimbrung dalam memberikan dukungan kepada pasangan urut tiga (Deje) setelah sehari sebelumnya Syahrul Ujud (mantan Walikota Padang) yang juga sudah sepuh turun gelanggang memberikan dukungan untuk pasangan yang sama.


Adapun halnya pasangan urut 10 (Mahyeldi-Emzalmi) belum mendapat dukungan dari tokoh elit atau senior, tetapi berita yang kita baca pasangan Mahyeldi-Emzalmi mendapatkan dukungan dari Ormas seperti Tarbiyah Islamiyah Kota Padang, Perwati, Grup Bikkers serta pimpinan MTI dan tokoh masyarakat lainnya. Sementara enam paslon walikota dan wakil walikota yang sudah gugur pada putaran pertama, katanya sedang menunggu-nunggu tawaran kerjasama/negosiasi/koalisi/rancangan bagi-bagi kue kekuasaan dari Deje atau Mahyeldi-Emzalmi, sehingga sampai saat ini belum ada kepastian dari koalisi grup yang sudah gugur tersebut.


Mencermati kegiatan dukung mendukung ini, maka ada satu hal yang menarik untuk dianalisa dari sisi ilmiah, yaitu sejauh mana pengaruh dukung mendukung dalam pilkada Kota Padang. Apakah ada korelasi besarnya tambahan suara dengan adanya dukungan dari seorang tokoh? Sehingga menjadi sangat penting bagi seoarang calon untuk mendapatkan dukungan dimaksud. Walaupun pada akhirnya harus berbiaya, karena tidak ada makan siang yang gratis dalam politik, kecuali untuk kader-kader partai tertentu yang militansinya sudah teruji.


Berkaca kepada pilkada putaran pertama, maka hampir semua pasangan menurunkan tokoh-tokoh elitnya untuk memberikan dukungan dalam kampanye. Pasangan Emyu misalnya menurunkan orang sekaliber Akbar Tanjung pada kampanye terakhirnya. Begitu juga Michel-Jadi juga menghadirkan Amin Rais (Penasehat PP PAN) serta Deje yang mengait-nagaitkan dirinya kepada Jokowi dalam bentuk spanduk dan pemberitaan. Hasilnya dapat dilihat dari hasil penghitungan suara tanggal 30 Oktober. Emyu yang menurut survey Incost diprediksi mendapatkan suara sebesar 18,20% malah melorot menjadi 12,32 %, begitu juga michel Jadi dari predikisi 17,70 % jadinya cuma 14,25 %, sementara Deje dari prediksi 12,60 naik jadi 21, 22% sementara Mahyeldi - Emzalmi yang tidak menurunkan tokoh elitnya dalam kampanye, suaranya tetap sesuai prediksi survey incost. Artinya fenomena dukungan tokoh elit ternyata tidak berbanding lurus dengan perolehan suara pada saat pencoblosan. Jika pengaruh tokoh elit sangat besar, maka setidaknya untuk kasus suara Emyu, jika tidak akan menambah suara, maka minimal mampu mempertahankan suara seperti hasil survey. Tetapi hal itu malah terbalik.Walaupun sebagian orang mengatakan bahwa sangat mungkin survey bisa diseting sesuai pesanan, tetapi hasil diskusi di lapau-lapau daerah Koto Tangah mengatakan sebenarnya hasil perolehan suara Michel bisa melebihi hasil survey incost, tetapi karena Fauzi terang-terangan mendukung Michel-Jadi, maka jadi bumerang akhirnya dukungan dimaksud.


Tidak atau rendahnya pengaruh dukungan elit terahadap perolehan suara setidaknya sangat ditentukan oleh dua hal. Integritas dan nama baik tokoh yang memberikan dukungan serta kondisi kandidat yang mendapatkan dukungan tersebut. Jika tokoh yang memberikan dukungan diketahui sebagai tokoh yang berpengaruh, punya rekam jejak yang baik lalu memberikan dukungan kepada kandidat yang punya rekam jejak baik dan bahkan diprediksi bisa memberikan harapan bagi masyarakat, maka ibarat ruas dengan buku yang bertemu, dukungan tersebut akan memberikan manfaat. Tetapi sebaliknya jika tokoh yang memberikan dukungan diketahui punya catatan negatif, maka dukungan akan menjadi kontra produktif, karena bisa jadi akan menurunkan suara. Atau jika calon tidak punya rekam jejak yang baik, tidak diterima oleh tetangganya, apalagi masyarakat yang lebih luas maka dukungan tokoh barangkali hanya akan memberikan mimpi tetapi tidak bisa menjadi kenyataan. Apalagi jika tokoh punya rekam jejajk yang negatif, kemudian calon juga demikian, maka akan semakin mempercepat melorotnya suara atau dukungan dari masyarakat.


Kembali kepada dukungan dua tokoh untuk Deje sangat mungkin bisa memberikan pengaruh naiknya suara atau dukungan untuknya.Tetapi jika warga kota Padang tidak mau hidupnya kembali rezim orde baru atau gaya-gaya Orde Baru untuk Padang kedepan, maka bisa saja nama besar kedua tokoh Orde Baru itu akan menjadi penyebab berkurangnya suara untuk Deje.Warga kota Padang yang hidup semasa dengan kedua tokoh itu mungkin akan mendukung pasangan yang didukung oleh kedua tokoh dimaksud jika mereka merasa diuntungkan, tetapi tidak sedikit juga warga kota Padang lainnya yang merasa dirugikan oleh kebijakan mereka selama menjabat dulunya, maka bisa jadi yang awalnya akan mendukung tetapi karena mendengar ada tokoh yang tidak disukainya memberikan dukungan, maka mereka akan menarik dukungannya. Kondisi ini barangkali yang menimpa Michel-Jadi eperti kita sebutkan sebelumnya.


Kesimpulan sementara dukungan tokoh besar atau elit belum berbanding lurus dengan perolehan suara. Jika demikian halnya maka peluang menang bisa menjadi milik calon yang tidak didukung oleh “tokoh-tokoh besar” seperti Mahyeldi-Emzalmi. jika suaranya pada putaran pertama bisa dipertahankan dan bertambah dengan suara-suara lain yang belum memberikan haknya pada putaran pertama, atau suara dari kandidat yang kalah maka kemungkinan itu bisa menajdi kenyataan. Karena ibarat sebuah pertarungan tinju ,maka pertarungan itu bisa saja terjadi antara kandidat yang bobot, bibit,kelas serta kualitasnya sama, sehingga pertandingan akan seru untuk di tonton. Tetapi dalam pilkada pertarungan itu bisa saja dalam bentuk dukung mendukung, sehingga dukungan elit bisa beradu dan berhadapan dengan dukungan akar rumput, inipun juga akan seru dan menegangkan, dan pada akhirnya pemenang itu adalah siapa yang mendapat suara terbanyak




sumber : http://politik.kompasiana.com/2013/11/18/dukungan-elit-vs-akar-rumput-610613.html

DUKUNGAN ELIT VS AKAR RUMPUT | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar