harga genset honda

Punya Anak Perempuan, Orang Bayern, Jerman Tetap Bangga


Cerita bahwa banyak keluarga lebih memilih untuk memiliki anak lelaki ketimbang anak perempuan, sudah saya dengar sejak jaman Firaun hingga hari ini.


Sebagai anak perempuan dan memiliki anak-anak perempuan, saya lega mendengar bahwa sebagian masyarakat Jerman masih merasa bangga dan senang memiliki anak-anak berjenis kelamin ini. No gender. Mereka adalah masyarakat Bayern, daerah yang terkenal dengan tim sepakbola Bayern Munchen yang kondang, sosis warna putih dan lambang bendera berwarna biru-putih (kotak-kotak).


Mendapatkan anak perempuan, juga dirayakan secara terbuka disana. Pakai gantungan kaleng. Wow, tradisi Bixnmacherei yang unik!



13850287251289750693

Wanita yang hanya memiliki anak perempuan tetap happy, Bixnmacher.



Punya anak lelaki lebih dipilih?


Orang Jawa biasanya amat bangga jika anak pertamanya laki-laki, bahkan kalau semua anaknya laki-laki. Hal ini berbeda ketika melahirkan anak-anak perempuan yang dianggap sebagian masyarakat hanya sebagai kanca wingking, selalu berada di belakang (di dapur, di belakang pria), harus menjaga keperawanannya dan repot saat pernikahannya nanti.


Hal ini bisa saja terjadi di belahan bumi lainnya. Sebut saja China. Negeri yang sudah meledak populasinya ini, saya dengar masyarakatnya banyak yang menginginkan anak lelaki dibanding perempuan. Bahkan pernah menerapkan sistem satu anak cukup yang fenomenal itu. Belakangan ini, media Jerman menyoroti pergeseran cara pandang masyarakatnya hingga menuntut pembatalan peraturan anak terbatas itu. Kita lihat saja nanti.


Meski masih ada orang di dunia ini yang bersikeras hanya ingin punya anak lelaki (tak tertarik mendapatkan anak gadis), mereka yang bermimpi mendapatkan anak perempuan sudah mendapat tempat seluas-luasnya. Alhamdulillah.


Tradisi merayakan lahirnya anak perempuan pakai kaleng


Sebagai anak perempuan, saya tetap bangga dan ingin tetap membanggakan orang tua. Agar mereka tak pernah menyesal melahirkan anak dengan jenis kelamin perempuan.


Ada satu hal yang menyegarkan hati ketika berada di Jerman. Suami saya bercerita soal tradisi di Bayern (tempat ia dahulu sering wara-wiri pakai mobe dan ikut Oktoberfest), Bixhenmacher. Itu hidup di sebuah masyarakat di daerah selatan Jerman, beribu kota Munchen atau Munich. Masyarakat yang terbilang modern ini, masih memiliki pemikiran yang berbeda dibanding kebanyakan masyarakat di dunia.


Punya anak perempuan? Asyik saja, tuh?


Saya cek di internet ….


Tradisi itu bernama Bixnmacherei (red: biksenmakherai). Macher saya taksir berasal dari kata machen yang berarti membuat, macher mengacu pada sang pembuatnya. Rei untuk menekankan kegiatan pembuatnya. Bixen adalah Büchse atau anak perempuan, wanita.


Budaya lama ini ditandai dengan pemasangan kaleng-kaleng dari aluminium yang dihiasi warna-warni. Tanda unik inilah yang mengumumkan bahwa bayi yang baru saja lahir adalah perempuan. Hehe … kaleng identik dengan perempuan? Ramai tapi bukan tong kosong berbunyi nyaring, lho! Tentu tidak.


„Zur Bixnmacherei“ atau menyambut kelahiran bayi perempuan. Begitu bunyi tulisan yang ada di pinggir jalan tempat keluarga itu bermukim. Ini saya padankan dengan sebuah kalimat „Kami punya anak-anak perempuan dan tetap bangga.“


Kaleng ini mengingatkan saya pada film-film Hollywood yang menyajikan suasana pernikahan. Dimana mobil pengantin digandeng dengan tali yang digantungi banyak kaleng, balon dan pita warna-warni. Begitu ngeeeeng, pengantin meninggalkan tamu, bunyi kelontang-kelanting mengundang senyum dan tawa bahagia. Seruuuu ….


Kalau jaman dahulu orang lebih ingin memiliki anak lelaki, ternyata di Bayern justru sebaliknya. Konon, anak perempuan itu dianggap sangat mahal karena ia hanya bisa bekerja keras mengurus rumah saja tetapi kalau menikah, orang tua anak perempuan harus membiayai pernikahannya (sama halnya dengan di Jawa).


Untuk mengantisipasinya, jaman itu banyak orang akan menyumbang orang yang melahirkan bayi perempuan (yang disebut Bixnmacher) karenanya. Lebih bermanfaat ketimbang kado yang lumrah (seperti peralatan bayi, mainan atau pakaian).


***


Apakah Kompasianer seorang perempuan? Atau memiliki anak-anak perempuan di rumah? Tidak boleh malu, lemah dan rendah diri. Sudah semakin meluas kesempatan bagi perempuan, sama halnya dan sederajat dengan para lelaki. Tetaplah berbangga hati. Bukankah laki-laki perempuan sama saja? Asal taat kepada agama, patuh orang tua, mampu bersosialisasi dengan masyarakat sekitar dan berkarakter yang baik. Sudahlah cukup.


Gambaran masyarakat Jerman di daerah Bayern yang tetap merasa bangga dengan keberadaan jenis kelamin ini di tengah-tengah kehidupannya dan memiliki tradisi khusus untuk menunjukkannya, adalah sebuah dukungan moral yang luar biasa untuk dunia. Semoga menambah wawasan.


Oh. Terima kasih, ya, Tuhan. Saya juga perempuan! (G76)


Sumber:


Tradisi setelah melahirkan




sumber : http://sosbud.kompasiana.com/2013/11/21/punya-anak-perempuan-orang-bayern-jerman-tetap-bangga-610071.html

Punya Anak Perempuan, Orang Bayern, Jerman Tetap Bangga | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar