Rame-rame soal sadap-menyadap antar negara memang sesuatu yang sangat sensitif dan bisa memicu perang nuklir. Untuk itulah sikap hormat-menghormati dan saling menjaga harkat dan martabat masing-masing negara harus dijaga secara konsisten dan konsekuen atas nama perdamaian dunia. Masing-masing negara harus menahan diri dari keingintahuan atas privacy pemimpin negara lainnya.
Tentu kalau kita berbicara persoalan maka akan lebih bijak jika kita memberikan solusinya setidaknya wacana kita untuk menggambarkan solusi yang kita miliki untuk dieksekusi. Mengingat kondisi bangsa dan negara Indonesia yang belum berdaulat dalam hal teknologi, maka solusi yang akan saya coba jika saya jadi presiden adalah:
1. Menuliskan informasi dan perencanaan strategis di batu dengan cara dipahat.
Dengan menuliskan informasi dan perencanaan strategis dengan cara memahatkan di batu, maka cara ini akan dikenal abadi dan sekaligus bisa menjadi sumber sejarah untuk masa-masa yang akan datang bahwa kita pernah membuat perencanaan strategis. Anak cucu kita akan menggali sumber-sumber informasi itu dan menjadikannya prasasti dan sumber sejarah yang berharga seperti relief candi borobudur yang memberitakan kepada kita tentang hidup dan kehidupan nenek moyang kita. Dengan cara ini pihak asing akan pusing tujuh keliling karena alat sadap canggih mereka cuma keluar bunyi “kresek..kresek…” selayaknya radio 2 band era 80-an.
2. Menuliskan informasi dan perencanaan strategis di daun lontar.
Kita tentu masih ingat dengan Majapahit sebagai salah satu moyang bangsa Indonesia. Kenapa mereka (raja-raja,mahapatih dan senopati) Majapahit sukses mengeksekusi sumpah Gajah Mada menyatukan Nusantara?. Karena mereka memakai daun lontar sebagai alat komunikasi antar punggawanya yang tentu sulit/tidak dapat disadap bangsa Mongol apalagi Australia walaupun mereka sudah memakai teropong tapi tetap tidak bisa menyadap hal ini dikarenakan Majapahit menjadikan daun lontar sebagai alat komunikasinya. Walaupun daun lontar mudah rusak namun dengan ketelaten yang cukup tinggi tulisan di daun lontar masih bisa dibaca ratusan tahun kemudian, kalau susah dibaca, ya pake tebak-tebakan sejarah saja. Bukankah kita biasa main tebak-tebakan sejarah. Siapa membunuh siapa, siapa memberontak, bukankah bisa pakai tebak-tebakan.
3. Memakai alat “interkom” tradisional
Interkom ini sangat aman untuk digunakan, karena tidak ada transistor, elco,resistor apalagi chip prosesor yang harus diimpor dari Malaysia atau Taiwan apalagi software yang njlimet yang dikonstruksi dari ratusan bahkan ribuan routine, procedure dan function bertele-tele dan diimpor dari USA. Selain itu, didalam interkom ini tidak ada antena atau pemncar yang ada adalah 2 kaleng bekas susu kental manis dan seutas senar serta 2 buah paku (Ndak usah banyak2 pakunya entar dikira toko material). Cara pembuatan alat interkom ini cukup mudah. Awalnya dua kaleng susu tersebut dilubangi sebesar paku dan disisi lainnya,penutupnya dibuka. Setelah itu kaitkan senar pada paku yang sudah dimasukkan ke dalam kaleng. Demikian pada kaleng kedua, maka alat sudah siap digunakan. Cara penggunaannyapun cukup mudah, yaitu dengan membentangkan senar dan kita bicara di lubang kaleng, maka diujung lawan bicara kita akan mendengar suara kita walopun itu berjarak 100 m. Dengan cara seperti ini maka alat sadap tercanggih milik Ausie itu akan menjadi “budeg” karena resonansi suara kita tidak bisa terdeteksi mereka kecuali kita teriak-teriak dikuping Tonyy Abbot dan mengatakan bahwa negara mereka binatang maka dipastikan mereka bakalan marah. Jadi ketika misalnya saya jadi presiden, jika berkeperluan dengan panglima tentara saya memakai alat ini:
“Rojer..rojer…Bravo 1 memanggil Macan 1. Ganti”. Teriak saya di ujung kaleng
“Masuk..masuk…Macan 1 siap”. Teriak panglima tentara diujung kaleng yang satunya
“Macan 1 siapkan seluruh alutsista dan pasukan karena kita akan segera membumi hanguskan musuh. Ganti”
“Pasukan Siap”
Oleh karena sudah menjadi sifat umum manusia bahwa manusia itu tempatnya salah dan lupa, maka semua percakapan strategis itu yang sangat sulit disadap oleh negara lain, diperlukan bukti tertulis bahwa kita sudah melakukan perencanaan strategis yaitu dengan cara menuliskan di batu dengan cara dipahat ataupun menuliskan di daun lontar. Untuk itu diperlukan tukang pahat batu dan tukang tulis daun lontar yang profesional sebagai juru pahat dan juru tulis.
Dengan solusi yang agak ngawur itu, maka saya bisa menjadi presiden yang tidak gampang disadap.
0 komentar:
Posting Komentar