harga genset honda

Operasi Penghancuran Citra Jokowi



Oleh:


M. R. Aulia


*Ditulis Kamis Pagi, 21 November 2013 dan diselesaikan pukul 09:59 WIB.



1385003364420921690

Jokowi, Sumber: ciricara.com



Sudah menjadi konsekuensi logis, hari menjelang pemilihan menjadi hari dimana pencitraan dilakukan banyak calon publik. Berbagai media dan cara dilakukan agar simpati masyarakat dapat terjari ng dengan baik, sehingga kalau beruntung akan keluar menjadi pemenang dalam pertarungan tahun 2014. Masyarakat awam tak akan pernah bisa membendung segala bentuk pencitraan yang dilakukan oleh calon dan tim suksesnya. Meskipun KPU yang berwenang melakukan pemilihan umum sudah membuat batasan bentuk kampanye atau pencitraan, namun tidak sepenuhnya batasan tersebut dapat dimengerti dengan baik oleh calonnya sendiri maupun tim sukses masing-masing calon.


Ironisnya, pencitraan yang dilakukan banyak pihak tak hanya membuat citra diri sang calon menjadi baik, tapi seringkali membanding-bandingkan dengan calon lain yang juga sama-sama bersaing. Seperti halnya, membuat citra buruk bagi calon lain di hadapan calon pemilih, dan seringkali citra buruk tersebut jauh dari kebenaran dan berakhir pada propoganda atau fitnah. Kasus yang menimpa salah satu sosok yang dianggap calon, padahal dia dan partainya saja belum memastikan dirinya sebagai calon. Siapa lagi, kalau bukan Joko Widodo.


Sosok yang sering dipanggil Jokowi, dalam setiap survey yang dilakukan banyak lembaga, dirinya selalu mendapatkan posisi teratas mengalahkan tokoh-tokoh lain yang sudah lebih dahulu mencitrakan diri sebagai calon presiden. Meskipun elektabilitas sosok Jokowi sangat meroket, ia seringkali menjawab dengan santai. Tidak mikir dan tidak mikir. Dan ketika dia sudah jelas menjawab demikian, masih saja ada yang ketakutan bahkan merebak isu operasi penjatuhan citra seorang Jokowi.


Menurut Sekjen PDIP, Tjahjo Kumolo, ia dan partainya mendapatkan indikasi jelas bahwa ada sekelompok orang yang mendapatkan tugas khusus dari kelompok tertentu untuk mengorek-ngorek dosa masa lalu Jokowi. Tim tersebut bergerak rapih bak seorang penyidik yang mencari dan berpikir flashback tentang siapa Jokowi pada masa lalu. Mereka sengaja bertandang ke kota asal Jokowi, yaitu Solo. Bertemu banyak orang yang kebetulan pernah hidup berdampingan dengan Jokowi. Salah satunya bekas anak buah Jokowi yang pernahbekerja dengannya. Mereka sengaja melakukan itu semua agar mendapatkan senjata ampuh dan dibawa ke Jakarta sehingga proses downgrade dan degaradasi citra seorang Jokowi dapat hancur labur di mata pemilih, terutama masyarakat awam.


Seandainya tim operasi penjatuhan tersebut benar-benar ada, maka sistem politik kita sangat sudah hancur sekali. Memang benar apapun cara dan kekuatan boleh digunakan selama mengikuti pertarungan politik, apalagi ketika menghadapi pesaing-pesaing yang tangguh.


Namun pola pikir itu sebaiknya bisa dirubah. Pertarungan untuk mendapatkan sebuah jabatan apalagi jabatan tersebut sangat strategis tak harus membuat fitnah dimana-dimana, atau yang biasa diistilahkan dengan black campaign.


Siapapun calonnya dan partai pengusungnya, sebagai pesaing harus mampu mengambil simpati rakyat secara legal. Tidak menambahkan bumbu pencitraannya dengan hal negatif yang dimiliki calon lain. Apalagi mencari dosa masa lalu calon lain. Menurut saya, setiap orang ataupun calon pasti mempunyai masa lalu. Namun, apakah dosa masa lalu tersebut layak diungkit kembali demi pencitraan. Apalagi dosa masa lalunya tak berkaitan sama sekali dengan pribadi dan tugasnya sebagai pemimpin dalam melayani masyarakat secara luas.


Sebagai masyarakat awam, kita harus bisa memilih dan mendeteksi mana pencitraan yang murni dan pencitraan yang lazim. Artinya pencitraan yang dilakukan calon tertentu tak pernah menistakan calon lain. Siapapun dan dari partai manapun itu.


Karena calon pemimpin yang baik adalah ketika dia berani mencalonkan diri, lalu mencitrakan diri, tapi tak pernah menyinggung kebusukan calon lain, apalagi memfitnah. Jika hal demikian terjadi, bagaimana ia akan menjalankan roda kepemimpinan, cara naiknya saja sudah salah, apalagi kalau sudah benar-benar berkuasa.


Calon tersebut akan potensial dipilih dan layak menang, ketika dia sudah mendahulukan kinerja positifnya, tanpa harus banyak bersilat lidah dihadapan calon pemilih. semoga bangsa Indonesia mendapatkan pemimpin yang berkualitas.


Pola pikir politik yang harus dirubah.










sumber : http://politik.kompasiana.com/2013/11/21/operasi-penghancuran-citra-jokowi-609925.html

Operasi Penghancuran Citra Jokowi | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar