harga genset honda

Nilai Pancasila yang Tergerus di Pasar Moderen


Seiring dengan moderenisasi, perubahan terjadi di segala sektor. Bukan hanya dalam teknologi, perkembangan terjadi juga dalam bidang politik, budaya, dan perekonomian. Di Indonesia, perubahan terjadi begitu pesat dalam kurun waktu dua puluh tahun terakhir. Di sadari atau tidak di sadari, perubahan tersebut memiliki dampak positif dan juga negatif. Jika perubahan tersebut kea rah yang lebih baik, kita tentu patut memberikan apresiasi dan terus mengembangkan perubahan tersebut kea rah yang kebih baik lagi. Namun ada perubahan yang kurang baik dan sangat bertentangan dengan budaya Indonesia namun di pertahankan dan menjamur di kalangan masyarakat.


Dalam hal perubahan yang sebenarnya negatif namun di anggap sebagai suatu kemajuan saya melihat dan memperhatikan hal-hal yang terjadi di sekitar saya. Saya melihat satu perubahan yang terjadi secara perlahan dahulu dan kini mengalami perubahan pesat, perubahan itu memang berkembang lamban di daerah tetapi pesat di kota-kota besar di Indonesia. Lamban berkembang di desa kareba perputaran uang dan bisnis lebih pesat di kota-kota besar ketimbang di desa, investor lebih tertarik berinvestasi di kota, dan penduduk desa banyak yang melakukan urbanisasi untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.


Petubahan yang saya maksud terjadi pada sektor ekonomi khususnya pasar konsumen yang menyediakan barang kebutuhan sehari-hati. Sekarang mungkin pasar tradisional sudah jarang kita temui di pusat-pusat kota, atau mungkin ada pasar tradisional namun sedikit yang melakukan transaksi di pasar tradisional tersebut. Ketika kita terbiasa berbelanja kebutuhan sehari-hari di pasar tradisional lalu kita belanja di pasar modern, kita akan melihat perubahan yang sangat besar. Saya pribadi merasa kehilangan seni dari proses transaksi di pasar modern. Seni bertransaksi yang saya maksud di sini adalah proses dialog antara calon pembeli dengan penjual dan peruses tawar- menawar barang antara calon pembeli dengan penjual. Di sini terbangun sebuah komunikasi yang menimbulkan rasa kebersamaan dan salin membutuhkan. Intensitas hubungan social tinggi, ketika terjadi dialog tawar-menawar antara calon pembeli dengan penjual.


Namun saat kita berbelanja di pasar modern, seni seperti ini hampir jarang di temui bahkan tidak ada. Dalam pasar modern kita langsung berhadapan dengan barang-barang yang kita cari, dan setelah kita selesai berbelanja kita langsung membayar di kasir dan pulang. Tanpa seni tanpa tatapmuka dan berdialog dengan pedagang. Hal seperti inilah yang membuat jiwa social kita menurun. Memang di beberapa pasar modern ada pemandu yang membantu kita dalam berbelanja namun itu tetap saja tidak mengobati seni berdialog antara pedagang dan penjual. Esensial dari berbelanja tetap memudar, orang Indonesia terkesan individualis. Di sisilain peraktek musyawarah untuk mufakat yang dapat kita temui dalam pasar tradisional dalam peraktek tawar menawar harga untuk mendapatkan harga yang tepat tidak kita temui lagi. Sedangkan musyawarah untuk mufakat merpakan bagian dari Pancasila yang bukan hanya teori tertulis melainkan harus di peraktekan dan di jalankan dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara atau dalam peraktek sehari-hari.


13849678321146810237

proses dialogue antara pedagang dan calon pembeli.




sumber : http://politik.kompasiana.com/2013/11/21/nilai-pancasila-yang-tergerus-di-pasar-moderen-611509.html

Nilai Pancasila yang Tergerus di Pasar Moderen | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar