(foto: pelantikan Panitia MTQ ke 35 Propinsi Sumatera Barat)
MTQ secara umum bertujuan mendekatkan jiwa umat Islam kepada Al-Quran dan meningkatkan semangat membaca, mempelajari serta mengamalkan Al-Quran. MTQ merupakan perlombaan yang memadukan antara suara merdu, keharmonisan lagu dan irama tanpa melanggar kaidah tajwid yang diiringi dengan adab membaca Al-Quran.
MTQ dilaksanakan sebagai wadah untuk pemenuhan kebutuhan umat Islam dalam hal seni budaya demi menangkal seni budaya asing yang tidak sesuai dengan kaedah-kaedah dan norma-norma dalam Islam. Dan para peserta diharapkan tetap tampil dengan rasa ikhlas karena Allah dan menjauhi riya dan suma’ah serta keinginan mendapatkan hadiah.
Sasarannya adalah memperindah dan mendorong untuk merenungkan dan memahami Al-Quran dengan khusyu’, tunduk dan taat. Yang intinya untuk mempelajari, memahami serta mengamalkan ajaran Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. (Makna dan tujuan MTQ, Prof. H. Abd. Hamid Abdullah, MSi)
Di Indonesia sendiri tercatat bahwa MTQ sudah sejak lama dilaksanakan baik di tingkat kampung, desa/kelurahan,kecamatan, kabupaten/kota, propinsi sampai nasional.Tapi bagaimanakah pelaksanaannya selama ini, apakah sudah sesuai dengan tujuan serta sasaran yang dinginkan.
Yang pernah saya alami dan rasakan untuk tingkat propinsi khusus di Sumatera Barat justru terlihat jauh dari pencapaian tujuan dan sasaran MTQ itu sendiri. Begitu banyak permainan terutama dari segi penjurian yang bermuara kepada penetapan pemenang. Banyak indikasi-indikasi mengarah ke hal tersebut dan dirasakan oleh hampir sebagian besar kabupaten/kota yang ada di Sumatera Barat. MTQ seakan menjadi lahan bisnis bagi orang-orang tertentu untuk kepentingan pribadinya. Banyak pelanggaran yang sering dilakukan seperti manipulasi usia peserta, pemakaian kafilah dari luar propinsi, indikasi transaksi nilai kafilah. MTQ saat ini sudah tidak lagi mengedepankan pembinaan berkelanjutan untuk kafilah-kafilah lokal, tidak lagi menjadi ajang meraih prestasi dengan cara yang baik dan jujur tetapi lebih mengarah kepada prestise daerah. Juara merupakan kebanggan bagi daerah dan itu sanggup dilakukan melalui cara-cara negatif.
Dan hal itu menjadi catatan penting menjelang MTQ Nasional ke 35 Tingkat Propinsi Sumatera Barat yang akan dilaksanakan mulai tanggal 27 November sampai 4 Desember mendatang. Dalam rapat kerja LPTQ Sumatera Barat pada tanggal 11 November yang lalu di Auditorium Gubernuran dan langsung dipimpin oleh Gubernur Sumatera Barat ini menjadi perdebatan panjang oleh peserta rapat dari seluruh Kabupaten/Kota. Muncul desakan dari daerah agar dalam MTQ kali ini Gubernur bisa mengambil suatu kebijakan yang tegas untuk mengantisipasi permaninan-permainan kotor oknum-oknum yang memanfaatkan moment MTQ sehingga pelaksanaan MTQ kali ini benar-benar menjadi yang terbaik dan menjadi dasar atau landasan kedepan. Jangan dinodai kegiatan mulia untuk peningkatan syiar agama ini dengan pola-pola tak baik. Dan kembalikan MTQ ketujuan awalnya mendekatkan jiwa umat Islam kepada Al-Quran dan meningkatkan semangat membaca, mempelajari serta mengamalkan Al-Quran.
Tantangan bagi Gubernur dan semua yang terlibat untuk meyakinkan kepada semua daerah tidak akan ada lagi pola-pola tidak baik dan singkirkan oknum-oknum yang sering bermain dan mencari keuntungan. Agar pembinaan menjadi skala prioritas dan prestasi betul-betul dihasilkan berdasarkan kemampuan masing-masing kafilah bukan ditentukan dari permainan juri atau dewan hakim yang tidak jujur tersebut.
Untuk Kementrian Agama ini mesti menjadi perhatian serius, karena salah satu kewenangan pusat yang tidak diberikan kepada daerah adalah bidang agama, yang secara logika dipahami ini adalah tupoksi Kementrian Agama. Semestinya ada sinkronisasi baik anggaran, palaksanaan serta pengawasan. Sudah semestinya secara bersama dengan pemerintah daerah membersihkan permainan-permainan kotor yang selama ini terjadi. Jika saat ini Kementerian Agama mengaku tidak memiliki anggaran untuk itu (meskipun agak aneh terdengar) tapi setidaknya harus bisa membantu pemerintah daerah secara teknis pelaksanaan.
Melalui pelaksanaan MTQ ke 35 tingkat Propinsi Sumatera Barat tahun ini kita tunggu gebrakan Gubernur selaku Ketua LPTQ Sumatera Barat dalam melakukan perubahan menyeluruh. Jadikan ajang MTQ bukan lagi hanya sebatas prestise bagi daerah-daerah tertentu tetapi mengabaikan pembinaan potensi lokal Sehingga tujuan mulia MTQ untuk mendekatkan jiwa umat Islam kepada Al-Quran dan meningkatkan semangat membaca, mempelajari serta mengamalkan Al-Quran dapat diwujudkan di propinsi ini.
Kepada seluruh peserta selamat mengikuti MTQ Nasional ke 35 Propinsi Sumatera Barat di kota Simpang Empat, jadikan filosofi Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah yang kita junjung tinggi sebagai pegangan demi sebuah prestasi dan hasil yang diinginkan.
sumber : http://sosbud.kompasiana.com/2013/11/18/mtq-diantara-prestise-dan-lingkaran-mafianya-menuju-mtq-nasional-ke-35-propinsi-sumatera-barat-610565.html
0 komentar:
Posting Komentar