Tulisan ini sebetulnya tidak terlalu terkini, karena heboh topeng monyet sudah surut, tapi tetap saja menarik untuk disampaikan, bahkan beberapa waktu lalu ada kelompok demonstran yang aksi pakai topeng moyet, tentu ini ada sebuah pesan yang ingin disampaikan oleh mereka.
Walaupun zaman sudah maju dan modern, ada banyak totonan dan hiburan yang canggih, tapi keberadaan topeng monyet tetap saja menarik perhatian anak-anak bahkan orang dewasa. Jika mereka melihat pertunjukkan topeng monyet maka mereka akan berjejel disekitar arena pertunjukkan tersebut. Atraksi-aktrasi yang ditampilakan monyet-monyet itu akan mampu memancing tawa para penontonnya. Intinya sangat menghibur sekali bagi kalangan tertentu.
Keberadaan topeng monyet di beberapa daerah masih tetap eksis, karena juga sumber rezeki bagi pemiliknya, berbeda dengan DKI Jakarta, mereka ditertibkan oleh Mr.Blusukan sebagai penguasa di Ibu Kota ini dengan berbagai pertimbangan dan alasannya. Ya..kalau itu keinginan penguasa bagaimana lagi. Pasrah..
Kalau dilihat fungsinya sebagai hiburan, maka ada kesamaan antara Mr.Blusukan dengan Topeng Monyet. Lha..apa maksudnya?. Ya iya, lihat saja setiap ada momen-momen pilkada di daerah, Mr. Blusukan selalu diboyong untuk menghibur para penggemarnya sekaligus meyakinkan mereka agar memilih calon yang dijagokan oleh Mr. Blusukan. Kehadirannyapun dielu-elukan, spandukpun marak, bahkan juga tampil di tv-tv local. Tapi sayang, kehadirannya memang jatinya hanya sebatas menghibur, tidak berefek kepada kemenagan calon-calon yang diusung. Tengok saja, sudah berapa daerah yang Mr. Blusukan hadir, tapi calonnya pada bertumbangan. Gagal maning..gagal maning.
Tapi tak apalah, daripada blusukan disitu-situ saja, sekali-kali, (eh..berkali-kali) perlu juga rekreasi ke daerah lain, hitung-hitung cuci mata. Mumpung gratis. []
Salam kebebasan berekspresi.
0 komentar:
Posting Komentar