Sebagai sebuah partai yang terpuruk karena mengalami badai politik yang besar, Partai Demokrat seharusnya serius membenahi diri dan mengerjakan setiap program unggulan mereka. Tetapi sayang, bukannya berbenah dan memperbaiki diri, Partai Demokrat terus menuai kritik karena kebodohan elit partai dalam menyampaikan pendapat. Parahnya, konvensi tidak ramai pun malah menyalahkan peserta.
Hal ini disampaikan oleh Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Nurhayati Ali Assegaf yang mengatakan, belum terdengarnya Konvensi Demokrat di tengah masyarakat luas karena peserta belum maksimal melakukan sosialisasi. Menurut dia, partai hanya memberikan fasilitas dan kesempatan kepada peserta untuk menjadi calon presiden dari Partai Demokrat.
“Ramai atau tidak ramai itu tergantung peserta, bukan Partai,” kata Nurhayati ketika ditemui di Kompleks Parlemen Senayan, Senin, 18 November 2013.
Sebelumnya, anggota Komite Konvensi Demokrat, Effendi Gazali, mengatakan Konvensi adalah sebuah keramaian yang tak menarik. Ia menilai penyebab Konvensi yang tak menarik adalah sinisme publik terhadap Demokrat tidak juga mereda. Ia menduga salah satu faktor penyebab masih kencangnya sinisme publik terhadap Demokrat karena elite Demokrat terus mengalirkan pernyataan kontroversial. Effendi meminta elite Demokrat tidak menyalahkan sepenuhnya kepada peserta Konvensi (tempo.co).
Pernyataan Effendi di atas lebih masuk akal dibandingkan pernyataan Nurhayati yang menyalahkan peserta konvensi. Tidak ramainya konvensi dikenal oleh masyarakat bukan karena pesertanya kurang gencar melakukan sosialisasi, tetapi karena pemberitaan dari pernyataan kontroversial dari elite politk Partai Demokrat lebih seksi untuk diberitakan. Salah satunya pernyataan kontroversial yang dibuat Nurhayati sendiri.
Jika memang konvensi menjadi program unggulan Partai Demokrat menaikkan elektabilitas partai, maka sudah sepantasnya partai menolong peserta untuk sosialisasi dan bahkan secara aktif terlibat dalam sosialisasinya. Bukan hanya memberi kesempatan jadi capres melalui konvensi setelah itu dibiarkan berjuang sendiri. Bukankah para peserta konvensi membawa nama partai??
Seharusnya Partai Demokrat serius mensosialisasi dan mempromosikan konvensi sebagai cara ampuh menaikkan elektabilitas partai. Apalagi dalam konvensi ada peserta sekaliber Dahlan Iskan sang taipan media dan Gita Wirjawan sang pengusaha kaya. Dahlan sendiri sudah gencar kampanye di beberapa kota dengan menggunakan media kepunyaannya. Di Pekanbaru tidak sedikit kita melihat mobil Riau TV dan Riau Pos dicat gambar Dahlan Iskan dengan slogan Demi Indonesianya.
Belum lagi Gita yang saat ini melakukan serangan gencar mempromosikan diri di media massa dengan iklan “berani lebih baik”nya dan bahkan terus “menghantui” para kompasianer setiap kali mengakses kompasiana.
Tetapi namanya media, istilah “bad news is a good news” tetaplah jadi acuan. Pernyataan kontroversial elite Partai Demokrat pasti menjadi topik pilihan dan headline dibandingkan kegiatan para peserta konvensi. Karena pernyataan-pernyataan kontroversial elite Partai Demokrat sering sekali membuat kegaduhan politik berkepanjangan.
Semoga Partai Demokrat sadar bahwa penyebab hancurnya partai ini bukan karena serangan dari eksternal partai, melainkan internal partai yang kurang mampu menerapkan etika politik dengan baik. Jika tidak juga sadar, maka lambat laun partai ini akan semakin terpuruk dan elite partai hanya menyalahkan orang lain bukan memperbaiki diri.
Salam.
0 komentar:
Posting Komentar