harga genset honda

Jilbab Saja Minta Dibelikan, Malu Ah…


Beberapa hari ini sedang marak diberitakan di televisi dan media pemberitaan yang lain tentang ketentuan mengenai pemakaian bagi jilbab untuk Polisi Wanita (Polwan). Wacana ini sebenarnya telah lama digulirkan. Akan tetapi karena belum ada rumusan peraturan atau paling tidak keputusan dari Kapolri tentang pemakaian jilbab untuk Polwan ini, maka masih tampak ada keraguan di kalangan para Polwan yang hendak berjilbab.


Wacana yang sebenarnya bagus ini kemudian kembali muncul dan ramai di permukaan lantaran salah satu anggota Polwan di Kepolisian Daerah ada yang memberanikan diri untuk berjilbab saat bertugas di kantor. Dan tarik ulur masalah pengaturan seragam bagi Polwan berjilbab kembali terjadi.


Kapolri yang baru, Jendral Polisi Sutarman sampai sekarang belum mengeluarkan atau paling tidak menjanjikan akan ada payung hukum yang jelas terhadap pemakaian jilbab oleh Polwan.


Tadinya saya mengira bahwa para Polwan yang hendak berjilbab masih ragu-ragu karena takut melanggar peraturan disiplin berseragam di Kepolisian. Akan tetapi beberapa kali mendengarkan dan membaca berita, ternyata bukan hanya hal tersebut yang dipermasalahkan. Ternyata mereka menunggu pengaturan dari Kapolri bukan agar mereka memiliki payung hukum yang jelas dalam berseragam. Ternyata yang mereka tunggu dari pengaturan Kapolri itu adalah alokasi anggaran untuk pengadaan jilbab bagi para Polwan yang memilih seragam dengan jilbab.


Mereka berharap ketika ada aturan hukum tentang seragam berjilbab untuk Polwan, maka dalam aturan tersebut juga disertakan adanya alokasi anggaran untuk pengadaan atau pembelian jilbab.


Berita ini menimbulkan beberapa kegalauan dalam diri saya, antara lain :


1. Polisi kok sepertinya manja sekali. Masak iya jilbab saja harus disediakan oleh negara? Okelah untuk seragam baju, celana/rok, dan atribut wajib lainnya boleh disediakan oleh negara. Tetapi untuk jilbab masak iya harus minta-minta? “Mengemis” pada negara? Yang secara tidak langsung “mengemis” pada rakyat.


Mudahnya, rakyat sudah susah-susah membayar pajak ini dan itu. Eh, kok malah uangnya diminta Polwan untuk belanja jilbab. Bukankah lebih baik untuk memperbaiki sarana, prasarana, dan pelayanan publik? Jadi rakyat ikut merasakan apa yang telah mereka bayarkan.


2. Polisi apa tidak malu sama buruh dan petani? Upah mereka tidak lebih banyak dari gaji Polisi. Uang pensiun tidak punya. Fasilitas-fasilitas atau tunjangan juga tidak sebanyak Polisi, tetapi mereka membeli jilbab dengan uang mereka sendiri. Mereka tidak minta pada juragan mereka, apalagi minta pemerintah untuk menganggarkan jilbab bagi mereka.


Apa tidak malu “mengemis” pada pemerintah hanya untuk dibelikan jilbab? Saya rasa gaji Polisi cukuplah untuk membeli jilbab satu lusin, masih sisa 5 buah jilbab kalau tiap hari ganti jilbab. Harga jilbab saya rasa tidak sampai 100 ribu. Ya kecuali jilbab-nya merek Guess, Luis Vitton, Dolce Gabanna, atau Hermes.


3. Jikalau alasannya masalah keseragaman, maksudnya kalau beli sendiri-sendiri takut tidak seragam begitu, ada yang warna merah, putih, hijau, coklat, pink, ungu. Ya Kapolri buat aturan yang menyeragamkan. Misalnya ditentukan bahwa jilbabnya warna coklat tua. Kalau perlu dijelaskan sekalian kode warnanya nomor berapa. Nah kalau sudah ada aturan itu kan tinggal mencari di toko jilbab. Atau mentok-mentoknya beli kain bahan untuk dibuat jilbab.


Repot? Yaelah, Bu Polwan..masih kalah repot dengan para petani yang harga pupuknya mahal tetapi harga jual padinya murah.


4. Kalau sampai benar-benar terjadi ada anggaran negara untuk pengadaan jilbab bagi Polwan, ya siap-siap saja KPK menangkap terduga kasus korupsi atau mark up pengadaan jilbab untuk Polwan. Bukannya su’udzon ya..tapi setan itu tidak akan pernah berhenti menggoda manusia. Setiap ada celah, setan pasti menggoda.


Kesimpulannya, janganlah mengaku abdi negara dan pelayan masyarakat kalau cuma untuk jilbab saja harus disediakan anggarannya oleh negara. Negara sudah terlalu banyak memberikan fasilitas dan tunjangan untuk kalian, duhai Polisi. Malu ah sama buruh, petani, dan kuli.


Sekarang saatnya kalian membuktikan, wahai Para Polisi terutama Polwan, bahwa kalian memang benar-benar abdi negara dan pelayan masyarakat yang baik seperti yang dulu sekali dicita-citakan oleh almarhum Hoegeng, the real Indonesian Cop.


.


.


.


Klaten_21112013



Di muka ada Polantas wajahnya begitu buas. Tangkap aku. Tawar menawar harga. Pas. Tancap gas.. (Iwan Fals-Kereta Tiba Pukul Berapa)



sumber : http://politik.kompasiana.com/2013/11/21/jilbab-saja-minta-dibelikan-malu-ah-609995.html

Jilbab Saja Minta Dibelikan, Malu Ah… | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar