Peta Kedaulatan Wilayah NKRI (sumber; flexmedia.com)
NKRI adalah harga mati! Kedaulatan adalah segala – galanya bagi kita yang tidak bisa ditawar dan diganti dengan apapun, terlebih ketersinggungan Indonesia atas sikap dan perilaku “diplomatik” Australia bukan pertama kali ini, melainkan sebelumnya sudah berkali – kali Negeri Kanguru itu melakukan tindakan yang menyinggung kedaulatan negara kita yang mengakibatkan hubungan keduanya mengalami pasang – surut. Wajar saja kalau kemudian Menlu Marty Natalegawa dengan tegas mengatakan, “Tidak ada harga yang lebih mahal dari sebuah kedaulatan” (Metro TV, 18/11/13).
Bukan itu saja, sejumlah politisi dan pejabat publik nasional juga mengeluarkan statement serupa yang pada intinya mengecam tindakan penyadapan oleh Australia yang berakibat hubungan Indonesia dengan Negeri Kanguru itu kian memanas. Reaksi Indonesia kali ini “lebih keras”dibandingkan dengan rekasi – reaksi sebelumnya. Salah satunya dibuktikan dengan menarik Dubes Indonesia untuk Australia Nadjib Riphat Kesoema penghentian sejumlah kerja sama.
Ada tiga point penting yang merupakan sikap resmi Pemerintah Indonesia sebagaimana dilansir SM (21/11/2013) sebagai berikut :
1. Sejumlah kerja sama yang dilakukan kedua negara dihentikan sementara, yakni pertukaran informasi dan pertukaran intelijen dan kegiatan militer seperti latihan Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara dan Polri. Selain itu, ccordinated military operation juga duhentikan.
2.Untuk kerja sama ke depan, Indonesia meminta ada protokol atau code of conduct, sekaligus guiding principil (panduan utama) menyangkut kerja sama di berbagai bidang, termasuk menghadapi isu penyelundupan manusia, kerja sama militer dan intelijen.
3.Indonesia menunggu penjelasan resmi Australia kepada Indonesia, bukan pada komunitas di Australia.
Realisasinya, program latihan bersama dengan tajuk “Elang Ausindo” yang digelar di Australia yang sedianya dilaksanakan sampai tanggal 24 Nopember 2013 sekarang dihentikan. Latihan bersama dengan tagline “Air Man To Air Man Talk” yang merupakan kerja sama Angkatan Udara kedua negara juga dihentikan. Demikian halnya dengan Latihan gabungan militer AD, AL dan AU Australia dengan Kopassus di Lembang Jawa Barat juga dihentikan.
Walaupun demikian, Indonesia masih tetap “sabar” menunggu klarifikasi dan permintaan maaf dari PM. Australia Tony Abbot, sekalipun yang bersangkutan beberapa waktu yang lalu telah menyatakan menolak untuk mengklarifikasi apalagi meminta maaf. Sungguh aneh, hubungan diplomatik adalah hubungan kepercayaan, saling bertukar informasi secara terbuka dan elegan merupakan salah satu bentuk dari kepercayaan itu. Sementara penyadapan adalah sebaliknya, bentuk ketidakpercayaan, bentuk kecurigaan. Untuk apa selama ini melakukan kerja sama diplomatik, sementara di belakang masih menyimpan kecurigaan?
Menyikapi hal ini, bagaimanapun Indonesia harus benar – benar tegas, tidak hanya sekedar mengeluarkan pernyataan sikap dan melakukan tindakan yang bersifat “gertak sambal” belaka sambil bersabar dan bersabar menunggu sesuatu yang belum jelas kepastiannya. Demikian sebaliknya, tidak ada jeleknya jika PM. Tony Abbot mencabut pernyataannya dan segera mengklarifikasi serta minta maaf secara resmi kepada Indonesia? Bukankan yang demikian itu elok kawan? Orang Jawa bilang “nek wani aja wedi – wedi, nek wedi aja wani – wani” (kalau berani ya jangan pengecut, kalau takut ya jangan sok berani). Akhir kata maaf akun saya asli walau belum terverifikasi, hehe… (Agam; 20 Nopember 2013)
Salam Kompasiana!
Artikel sebelumnya; Ahay Qatar Bangun Stadion Mirip Vagina
0 komentar:
Posting Komentar