SEBAGAI orang yang berpenghasilan tidak tetap tetapi harus tetap berpenghasilan, saya sungguh-sungguh menanamkan pelajaran dalam hati saya soal bagaimana mencari penghasilan atau rejeki. Pelajaran itu berbunyi “Kalau bukan rejeki, sekuat apa pun kita menginginkannya, kita tak mungkin mendapatkannya. Tetapi, kalau sudah rejeki, seperti apa pun usaha yang kita lakukan untuk menolak atau menghindarinya, pasti akan kita dapatkan atau menjadi milik kita.
Pelajaran itu berulang-ulang memberitahu saya bahwa rezeki atau penghasilan kita sudah diatur oleh Alloh swt. Artinya kita tidak boleh memaksa Alloh–Tuhan yang Maha Berkuasa, sehingga dengan demikian Dia yang berkuasa memberikan rejeki kepada kita–untuk selalu menuruti setiap kemauan kita.
Benar, bahwa kita harus berusaha sekuat tenaga, mengerahkan segenap kemampuan untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan. Namun soal hasil, tetaplah kembali kita serahkan kepada kehendak Alloh, apakah akan segera mewujudkan keinginan kita, menundanya, atau mengganti dengan bentuk lain.
Menjadi aneh, bila dalam usaha itu, tindakan kita menyebabkan kerugian bagi orang lain. Merugikan orang lain dalam bentuk semisal menggeser secara tidak sepantasnya rekan lainnya, pedagang yang mengurangi timbangan, dan tindakan merugikan lainnya.
Hal demikian itu juga menyadarkan kepada saya bahwa Anda yang sudah berpenghasilan tetap, boleh merasa sudah dijamin oleh Alloh (soal jumlah nominal yang Anda dapatkan setiap jangka waktu tertentu). Keanehannya adalah apabila orang-orang yang sudah berpenghasilan tetap, melakukan penambahan penghasilannya dengan melakukan korupsi uang negara atau perusahaan, memanipulasi dan sebagainya.
Namun, kecurangan-kecurangan semacam itu, agaknya bukan menjadi hal aneh bagi mereka yang membiasakannya. Dan itulah yang membedakan antara saya dan Anda dengan para koruptor.
0 komentar:
Posting Komentar