harga genset honda

Ahok, Pinteran Sedikit kalau Mau Ngetop


Ahok memang memiliki ambisi besar untuk menduduki jabatan politik tertinggi di negeri ini, yaitu presiden dan untuk tujuan itu dia rela membuang uang warisan keluarganya guna membeli kursi dan membentuk sebuah departemen khusus pencitraan seorang Ahok yang bernama CDT31 atau yang sekarang disebut Ahok Center. Semua ini semata-mata demi kedudukan, yang memungkinkan seorang Ahok mampu menduduki berbagai jabatan politik mulai dari bupati sampai sekarang wakil gubernur.


Jabatan anggota DPRD Belitung, bupati, anggota DPR tidak akan membuat seorang Ahok menjadi tokoh nasional, dan dia menyadari hal tersebut, oleh karenanya Ahok berani menantang Golkar yang menolak mencalonkan dia dalam pilkada DKI yang lalu.


Setelah menjadi wakil gubernur Jakarta, ibukota Jakarta, terbukalah jalan lebar untuk meningkatkan elektabilitas Ahok supaya dalam pemilu-pemilu mendatang dia bisa mencalonkan diri sebagai presiden RI.


Cara Ahok meningkatkan elektabilitasnya adalah dengan melakukan pencitraan sepanjang waktu. Setiap gerak-gerik, kata-kata yang keluar dari mulutnya, tindak tanduk Ahok adalah untuk pencitraan, dan CDT31 atau Ahok Center bertugas menggaungkan pencitraan Ahok ini melalui berbagai media massa dan media online.


Tema pencitraan yang dilakukan oleh Ahok adalah sosok pemimpin yang “tegas, cerdas, berani mengeluarkan kebenaran sekalipun politically incorrect, berani melawan arus dan jago debat secara publik” seperti sosok Ali Sadikin atau Lee Kuan Yew.


Dengan tujuan menciptakan citra pemimpin tegas ala Ali Sadikin atau Lee Kuan Yew itu yang menjadi alasan mengapa Ahok kerap mengeluarkan pernyataan kontroversial dan mengajak semua pihak debat kusir tanpa terkecuali. Akan tetapi sayangnya ketimbang menunjukan Ahok adalah pemimpin tegas seperti Ali Sadikin, tindak tanduk Ahok selama ini justru lebih mirip preman kampungan yang mengandalkan otot dan urat sebab jarang memakai otaknya untuk berpikir.


Begitu juga ketika menghadapi kritik, ketimbang menanggapi substansi atau isi kritik, seorang Ahok selalu menanggapi kritik dengan menyerang pengritik secara pribadi atau menyalahkan pihak lain. Perhatikan saja, dan kita akan melihat bahwa senjata andalan Ahok yang sering sok jagoan mengajak orang debat terbuka itu hanya dua, yaitu menyerang pribadi atau menyalahkan orang lain. Hal ini menunjukan Ahok memang tidak pintar sama sekali.


Selain itu, kita tentu mengingat ketika Ahok dengan sok jagoannya menantang Komnas HAM dan PBHI dengan mengatakan akan mengajari mereka tentang HAM, akan tetapi ketika ditanggapi serius, seorang Ahok tidak pernah nongol dan berkomentar apapun tentang tawarannya tersebut.


Ahok mau ngetop tentu haknya sebagai pribadi, tapi seharusnya dia bisa lebih pintar lagi kalau mau pencitraan.



sumber : http://politik.kompasiana.com/2013/11/15/ahok-pinteran-sedikit-kalau-mau-ngetop-611062.html

Ahok, Pinteran Sedikit kalau Mau Ngetop | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar