harga genset honda

Prabowo Kena Batunya Meminang Ahok


Kalau mengikuti cerita di Kompas, Prabowo tidak mengenal secara pribadi Ahok pada saat hendak mencalonkannya menjadi Wakil Gubernur dalam kesepakatan politiknya yang hampir kadaluwarsa dengan PDI-P.


http://megapolitan.kompas.com/read/2012/03/22/1404501/Detikdetik.Jelang.Ahok.Dipinang.Prabowo


Kisah di atas adalah versi Ahok yang seolah jual mahal saat ditemui Prabowo. Padahal kalangan dekat banyak yang sudah tahu bahwa Ahok yang anggota DPR dari Golkar, menjelang Pilkada DKI, sudah biasa menawarkan dirinya ke berbagai pihak untuk mendukungnya mencalonkan diri menjadi kandidat Gubernur DKI. Persyaratan yang diminta beberapa pihak yaitu bisa membawa 50.000 tanda-tangan, tidak mampu dipenuhinya. Berbeda sekali dengan insinuasi cerita, yang seolah-olah Ahok adalah innocent bystander tanpa ambisi yang didekati seorang ketua partai.


Sudah nasib baik Ahok, bahwa Prabowo yang sedang ingin cuci image tidak disukai kaum Tionghoa akibat peristiwa Mei 1998, dan tertarik dengan kandidat Tionghoa, mendapat bisikan soal Ahok dan tanpa proses seleksi yang benar menyodorkan Ahok kepada PDI-P. Saat itu Jokowi yang dipasangkan dengan siapapun, pasti akan menang, karena faktor Jokowi sendiri.


Sudah nasib buruk rakyat DKI, berkat inisiatif Prabowo ini, mendapat Wakil Gubernur yang lebih suka melakukan pencitraan ketimbang serius membukukan kinerja yang baik. Ketidak-mampuan dan kurangnya penguasaan atas masalah Jakarta, sudah semakin terang-benderang dengan janji-janji yang tidak realistik, pencapaian yang minim dan kebiasaannya menyalahkan pihak lain dan mencari pertengkaran dengan berbagai pihak untuk masuk headlines dan melariskan Youtubenya yang mulai sepi dijenguk orang.


Tapi yang lebih kena batunya seharusnya adalah Prabowo sendiri. Beginilah resiko memilih kutu loncat yang tidak punya kesetiaan, adalah pelajaran pahit buat mantan Jendral yang terbiasa mendahulukan semangat korsa dan loyalitas. Sejak awal, demi popularitas dirinya dalam pencitraan sebagai orang yang tidak bisa dibeli, Ahok selalu berkata tidak akan memberi privilege kepada Gerindra. Padahal kalau mau netral, ya tinggal dilakukan saja, tidak perlu diumbar sebab dalam komunikasi politik itu sama saja menantang dan mengundang permusuhan.


Demi loyalitas pula, dalam pertengkaran dengan faksi Tenabang, Prabowo telah pasang badan menyelamatkan Ahok, sehingga Ahok bisa kembali berkoar nyaring setelah keok seperti terlihat dalam pembicaraan telponnya yang manis dengan Lulung.


Pada saat survey INES yang menempatkan Prabowo di atas Jokowi, Ahok malah terang-terangan pro Jokowi dan menyebut survey INES sebagai pesanan Gerindra. Menurut Ahok, Prabowo ngga mungkin menang dari Jokowi.


http://www.tempo.co/read/news/2013/09/08/078511318/


Dan kini, setelah Prabowo menegur Ahok soal mulut harimaunya, tanggapan Ahok adalah ‘terima kasih, tapi saya tidak salah’. Dalam komunikasi politik ini adalah setara pembangkangan terhadap wibawa Prabowo.


Tinggal ditunggu saja sampai seberapa lama Prabowo sanggup menerima permaluan dan pembangkangan politik yang merugikan dirinya demi kenaikan citra dari politisi kutu loncat yang berpotensi menjadi salah satu keputusan politik prematur yang paling disesalinya.


Ahok tidak perlu menuduh media mencoba mengadu domba dirinya dengan Prabowo, sebab media adalah pisau bermata dua. Ahok begitu suka menggunakan media menaikkan dirinya dengan menantang wibawa Prabowo, maka media dapat pula menghancurkan hubungannya dengan Prabowo. Siapa menabur maka dia akan menuai.


Jakarta, 19 November 2013



sumber : http://politik.kompasiana.com/2013/11/19/prabowo-kena-batunya-meminang-ahok-612323.html

Prabowo Kena Batunya Meminang Ahok | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar