harga genset honda

Salat dan Sebungkus Rokok


BERSYUKURLAH seorang Muslim yang diberi hidayah oleh Allah subhaana wa ta’ala untuk membenci kemaksiatan seperti meninggalkan ibadah yang pertama kali dihisab di akhirat nanti, yakni salat wajib. Jika sudah tidak merasa berdosa dan menganggap perkara biasa meninggalkan salat, maka ini tanda musibah kematian jiwa dan butanya hati.


Bersyukurlah seorang laki-laki Muslim yang diberi nikmat kebiasaan melaksanakan salat berjamaah di masjid-masjid Allah. Nikmat kebiasaan salat berjamaah itu akan ditandai rasa kehilangan “sesuatu” saat melaksanakan salat sendirian. Salat berjamaah bukan sekedar sadar memiliki keutamaan 27 kali lipat dari salat sendirian, tetapi berangkat dari motivasi dan keberkahan ilmu agama yang difahamkan Allah ta’ala.


Betapa banyak di antara kita yang faham dengan salat, hukum melaksanakan dan meninggalkannya, keutamaan salat di awal waktu dan secara berjamaah, namun hanya sedikit dari yang banyak itu mampu menjaga ibadah salat terlebih mengejar keutamaan pelaksanaannnya. Karena dalam ilmu dan kefahaman itu tidak ada keberkahan (nilai tambah), yakni ketundukkan dalam melaksanakan ketaatan.


Andai yang kita maksud orang berilmu atau terpelajar di tengah masyarakat adalah dosen, guru, mahasiswa, PNS, tokoh agama, pejabat, pengusaha dan yang sudah haji ke Makkah maka yang demikian itu pasti keberadaannya atau aktivitasnya tidak jauh dari masjid Allah. Jika demikian, cukup menjadi alasan masjid layak penuh di saat salat lima waktu.


Realitasnya tidak semua orang yang faham dengan salat mau melaksanakan salat, yang faham dengan agama malah melanggar syariat agama. Intinya, tidak semua orang menginginkan kebaikan dan hidayah yang telah disediakan Allah ta’ala. Sehingga Allah berfirman: Dia mengetahui orang-orang yang mau menerima hidayah (QS Al Qasas: 56).


Perhatikanlah sikap sebagian saudara kita laki-laki Muslim menilai salat dengan sebungkus rokok. Rokok ketinggalan di warung kopi, dijemput. Demi sebungkus rokok yang tinggal, kenderaan yang tadi sudah jauh kembali berbelok menuju warung kopi. Tetapi ketika ditanya dan diingatkan tentang perkara salat, tidak jarang jawaban yang kita dengar adalah: “duluanlah” atau “nanti sajalah”. Salat ketinggalan tidak dijemput, tapi rokok ketinggalan malah dijemput.


Ternyata, salat wajib bagi sebagian kita kadangkala tidak lebih berharga dari pada sebungkus rokok di warung kopi. Benarlah kata Imam al Ghazali bahwa perkara yang paling jauh adalah masa lalu, yang paling dekat adalah kematian, yang paling tajam adalah lidah, yang paling berat adalah menjalankan amanah, dan yang paling ringan dalam hidup ini adalah meninggalkan salat!


Padahal, salat yang dilakukan secara benar dan khusyuk mampu berpengaruh bagi kesehatan jasmani dan rohani, mencegah diri dari segala kemunkaran, kunci persatuan umat dan baiknya segala amalan. Wallahu A’lam.



sumber : http://sosbud.kompasiana.com/2013/11/18/salat-dan-sebungkus-rokok-610495.html

Salat dan Sebungkus Rokok | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar