Paparan kelas bahan kimia yang disebut phthalates selama kehamilan dapat menempatkan calon ibu dan bayi mereka pada risiko yang lebih tinggi dari normal menderita kelahiran prematur. Hal ini harus dihindari sebisa mungkin, karena dapat mengakibatkan komplikasi bagi anak di kemudian hari.
Ilustrasi bayi prematur
Pernyataan ini merujuk kepada apa yang dilakukan oleh para peneliti dari School of Public Health di University of Michigan dan koleganya di Brigham and Women’s Hospital, Boston, Amerika Serikat, secara rinci dalam sebuah makalah yang diterbitkan dalam November 18 di dalam jurnal American Medical Association Pediatrics.
Menggunakan dana dari Institut Nasional Ilmu Kesehatan Lingkungan (National Institute of Environmental Health Sciences), kelompok peneliti ini mampu melakukan investigasi terhadap 482 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan yang terkena bahan kimia kelas ini adalah 200 hingga 500 persen lebih mungkin untuk mengalami kelahiran prematur.
Penelitian ini mungkin memiliki implikasi yang luas, para ilmuwan memperingatkan. Mereka mengatakan bahwa phthalates dalam plasticizer, seperti bahan kimia yang menambah fleksibilitas, daya tahan, tahan lama dan transparansi untuk plastik. Senyawa ini juga digunakan untuk membuat plastik PVC menjadi lembut.
Menariknya , studi ini tidak mengungkapkan mekanisme yang tepat di mana hubungan ini berlangsung (antara wanita dengan zat phthalates). Dengan kata lain, butuh penelitian lebih lanjut untuk menentukan bagaimana bahan kimia ini memicu kelahiran prematur.
“Kita perlu melihat bagaimana wanita hamil yang terkena, dan pada tahap apa kehamilan, untuk membantu membuat strategi pencegahan risiko, ” jelas peneliti John Meeker, yang merupakan profesor ilmu kesehatan lingkungan di universitas (University of Michigan).
Meeker juga dekan untuk penelitian di School of Public Health, dan penyidik utama dari studi baru. Dia mengatakan bahwa studi ini dilakukan pada hampir 500 wanita yang mencari perawatan medis di Rumah Sakit Brigham dan Wanita, antara tahun 2006 dan 2008.
“Temuan ini mungkin dramatis, namun wanita tidak perlu khawatir. Ini hanya langkah pertama dalam proses penelitian panjang yang akan diperlukan untuk memperjelas dan mengkonfirmasi hasil ini , ” kata Dr Thomas McElrath, seorang dokter di universitas (University of Michigan).
sumber: tipspengetahuan.com
0 komentar:
Posting Komentar