Pemilu mungkin terbilang masih lama. Tapi untuk sebuah hajatan yang menentukan nasib Indonesia lima tahun ke depan, waktu lima bulan sangatlah singkat.
Apalagi untuk mengenal puluhan ribu calon anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kota/Kabupaten. Di bilik suara nanti, setiap kepala yang diminta memilih tiga wakilnya di ketiga tingkatan tersebut, mustahil dapat mengenali satu per satu sekian banyak wajah calon legislatif yang tercantum di kertas suara.
Di Pemilu 2014 nanti, puluhan ribu politisi itu akan bertarung di 33 provinsi, memperebutkan 560 kursi DPR di 77 Daerah Pemilihan (Dapil), 2.137 kursi DPRD Provinsi di 259 Dapil, serta 17.560 kursi DPRD Kota/Kabupaten di 2.117 Dapil. Total ada 20.257 kursi yang diperebutkan.
Untuk DPR saja, tercatat ada 6.607 calon legislatif dari 12 partai politik yang bertarung ke Senayan. Entah bagaimana caranya agar pemilih mengenal 72 sampai 84 calon legislatif dari 12 partai yang wajah-wajahnya akan tercantum di kertas suara.
Saya juga tidak paham, dari enam ribu orang itu, berapa caleg yang rajin menyambangi rumah-rumah penduduk untuk memperkenalkan diri. Berapa politisi yang rajin menghadiri komunitas-komunitas masyarakat untuk ‘menjual’ program politiknya.
Sepanjang hidup saya, belum pernah ada politisi yang datang ke rumah, melakukan aksi sosial, mensosialisasikan program politik, ataupun sekedar bersilaturrahmi memperkenalkan diri sebagai calon wakil rakyat yang membutuhkan dukungan masyarakat sekitar. Yang paling sering main ke rumah adalah penjual asuransi, tukang obat, sales mesin cuci ataupun penjaja kursi rotan.
Terlebih mereka baru boleh kampanye mulai tanggal 11 Januari tahun depan hingga H-4 Hari Pencoblosan 9 April 2014. Dan dari jadwal kampanye sepanjang tiga bulan tersebut, kampanye terbuka melalui media massa dan pertemuan tertutup maupun terbuka baru boleh dilakukan tanggal 16 Maret hingga 5 April 2014.
KPU sendiri hanya menyajikan curriculum vitae calon di website-nya. Hanya berisi informasi pribadi, riwayat pendidikan, riwayat organisasi, pengalaman kerja dan penghargaan yang pernah didapat. Data standar layaknya para pelamar kerja di perusahaan-perusahaan.
Padahal idealnya, laksana orang HRD yang sedang merekrut karyawan, pemilih layak mengetahui hasil tes kepribadian, hasil tes kemampuan dan motivasi si caleg dalam Pemilu 2014. Pengalamannya dalam berpolitik dan kontribusinya dalam bermasyarakat juga dapat menjadi modal dalam memilih wakil rakyat.
Lagi-lagi, di musim pemillu ketiga pascaorde baru, bangsa Indonesia akan memilih wakilnya yang sedang duduk manis dalam karung yang tertutup rapat. Saat memegang kertas suara, para pemilih yang jumlahnya mencapai 186 juta lebih itu tidak tahu latar belakang, kepribadian maupun sepak terjang sang calon. Tidak paham visi politik dan tidak pernah mengecap kemampuan intelektual maupun kepemimpinannya.
Yang mereka lihat hanya gambar partai dan wajah orang, pria dan wanita.
0 komentar:
Posting Komentar