HAMPIR JATUH ( baca: berhenti sebagai presiden,) ‘migren politik’ SBY bertambah berat. Kepala kanan cenut-cenut mikirin partai Demokrat gak rampung-rampung, sebelah kiri dihantam Australia. Rahasia terlanjur diusung ke negeri kangguru. Teriakan bangsa, yang menggempita, tidak menyelesaikan masalah. Hanya SBY yang bisa menyiasati, supaya Australia ‘kecele’.
Menyalahkan aparat BIN, termasuk mengumpat Australia sebagai ‘bajingan’ bukan solusi terbaik sehubungan dengan kasus penyadapan. Pemerintahan, yang hampir 10 tahun di bawah SBY, jelas banyak rahasia. Sudah barang tentu, rahasia itu selalu diincar oleh cecunguk intelejen asing, tidak hanya melulu Australia dan Amerika.
Orang menjadi sontak kebakaran jenggot kan gara-gara ada dokumen bocor. Coba Edward Snowden tidak ‘lancang’, Negeri ini adem ayem. SBY tidak pusing-pusing amat. Lagi pula, siapa tahu, kalau penyadapan itu tidak hanya berlangsung 15 hari.
Persoalan yang perlu dipikirkan bukan sebatas memutuskan hubungan deplomatik antara RI-Australia. Ada yang lebih urgen dari itu. Perintah dokumen bocor cukup nyata: bongkar rahasia mereka, lindungi milik kita, menunjukkan bahwa kerja mata-mata ini bermotif ekonomi juga politik.
Pembicaraan SBY dengan 9 tokoh di seputarnya tentu saja bersifat ‘sangat rahasia’. Karena di balik penyadapan pasti terjadi ‘serangan’, maka rencana A, harus segera beralih ke B, atau bahkan C. Sebagai seorang Jendral, bagaimana caranya, SBY tentu lebih tahu dan tidak perlu digurui.
Memutuskan hubungan belateral adalah mutlak. Ini langkah awal untuk melindungi rencana B atau C, karena Rencana A telah dicaplok Australia.
Pak SBY, tunjukan bahwa Anda adalah presiden sekelas Bung Karno. Proklamotor ini sanggup membuat mati kutu CIA . Meski diobok-obok binatang kangguru, Anda harus bisa nenampar balik. Supaya Australia ‘kecelik’.
Keselamat ekonomi dan politik NKRI, saat ini masih berada di tangan Anda. Kibarkan Merah Putih, tidak hanya tiang halaman Istana Merdeka, tetapi juga di hati Anda. Rakyat menunggu. Salam.
0 komentar:
Posting Komentar