Menjelang Pileg & Pilpres tahun depan, sikon politik sudah membara? Tapi membara dalam konteks apa? Penulis kok lebih sreg, melihat, peserta parpol, capres & cawapres, saat ini, secara hakikat, membara dalam kebingungan…ehe..ehe..ehe..
Para kontestan sedulur kita ini, secara garis besar terbagi dalam dua kelompok.
Kelompok pertama, adalah kelompok mayoritas tunggal yaitu, akar rumput yang haus posisi di DPR & DPRD. Jujur – jujur saja deh, niatnya jelas yaitu posisi politik untuk jaminan hidup 5 tahun kedepan yang terdiri dari gaji plus fasilitas, dan…bisnis sampingan dong. “ Trade Off ” dari Eksekutif dan fee dari pengusaha dalam berbagai aspek kepentingan.
Kehidupan pelaku politik dijaman digital ini sudah berubah 180 derajat. Banyak hal penting yang tidak dimanfaatkan lagi. Contohnya dapur dirumah.
Kalau dulu, kita kerja agar dapur mengasap, sekarang tidak lagi. Kenapa? Sang wakil rakyat, setelah rutin membeli safari, setelan jas, sepatu & pakaian di “ branded boutique “ Plaza Indonesia, langsung makan minum di hotel bintang lima. Sedangkan sang nyonya, rutin tawaf di berbagai mall dan salon kecantikan kulit. Anaknya, otomatis mirip-mirip lah dengan sang ortu, jadi jarang di dirumah.
Lalu dapur untuk siapa? Untuk pembantu ? Enggak juga deh! Pembantu dan sang “ baby sister “ …………selalu salah mengucapkan kata “ baby sitter “ karena minimnya ilmu, ehe..ehe..ehe.. ya pesen “ home delivery “…duit toh sudah disiapkan.
Perilaku OKB (Orang Kaya Baru) macam ini, bukan aneh lagi. Media dan fakta sehari-hari sudah mengungkap secara sangat transparan.
Kelompok kedua, hanya terdiri dari segelintir politikus papan atas, yang memang sudah tajir, mengaku tajir dan pengin sekali tajir. Saat ini, mereka dalam kondisi bingung, belum pasti dan berusaha mati-matian mencari cantolan atau dukungan asing. Dukungan asing dari mana? Ya inilah yang membuat mereka bingung. Bisa dari beberapa sumber seperti USA, Uni Eropa, Jepang, Rusia, Cina, Australia & Arab Saudi. Tapi secara konsensus, mereka setuju, peran Uwak Sam yang paling dominan.
Diantara segelintir elit papan atas ini, banyak yang sudah sadar tentang betapa strategisnya peran USA. Banyak contoh mengenai ini. Sejak tak lagi menjabat presiden, Bu Mega ibaratnya anti menjejakan kaki di istana. Tetapi waktu Obama hadir, beliau datang tuh. Demikian pula, Ical dan beberapa kandidat capres / cawapres lain seringkali berkunjung ke Amerika.
Yang miris, seringkali kawan-kawan kita ini, kurang paham sandi politik. Di USA, sandi politik seringkali meniru istilah-istilah pasukan khusus, seperti yang dipakai Navy Seal, Delta Force atau Ranger. Ada dua istilah, yaitu “ Prep “ yaitu masa persiapan dan “ Execute “ yaitu maju dan sikat habis. Masa persiapan tidak identik dengan lampu hijau untuk maju, karena rencana bisa berubah setiap detik, tergantung sikon berjalan.
Ada beberapa capres / cawapres yang merasa sangat yakin karena diminta bersiap diri, setelah mendengar kata: “ well if you really serious to run, you need to prepare your self “, padahal sang uwak hanya sekedar melakukan tata krama politik…alhasil setelah kembali ke tanah air………………sang capres / cawapres langsung mengadakan syukuran …ehe..ehe…ehe…
Di USA, meskipun policy kebjakan luar ditentukan oleh Kemlu, dibawah “ Secretary of State “ yaitu John Kerry, tetapi realita di lapangan, CIA bermain agresif, dan seringkali mengabaikan Kemlu. Contoh kasus terbaru adalah saat pesawat tanpa awak CIA menghajar tokoh Taliban, padahal Pakistan sedang proses berunding (yang disetujui Kemlu Amerika) dengan Taliban.
Kebijakan politik luar negeri USA 100% ditentukan Kemlu AS, tetapi harus di-ingat, operator dan infrastruktur intelijen dilapangan (sebagai pemasok informasi dan pelaku aksi) 100% dibawah kendali CIA. Jadi harap maklum, bila Direktur CIA seringkali lebih ditakuti ketimbang John Kerry.
Jadi sah-sah asaja andai satu peleton capres / cawapres begitu yakin ingin maju karena merasa sudah mendengar kata “ prep “ dari jaringan Kemlu Amerika, tetapi kata “ execute “ biasanya baru akan dikeluarkan beberapa bulan menjelang Pilpres 2014, ya mestinya berasal dari rekomendasi CIA. Yang repot kalau Kemlu AS nekad dengan kandidat lain, CIA punya seribu cara buat menjatuhkan. Apalagi peleton capres / cawapres kita ini, memiliki berbagai kerawanan, dan CIA paham sekali tentang ini (biasanya sih data & infonya sudah ditangan mereka). Kita tunggu saja yuk…faktanya akan sangat menarik.
0 komentar:
Posting Komentar