harga genset honda

Alangkah Lucunya Negeriku: Kita yang Disadap, Kita yang Disalahkan!


Presiden yang disadap nomor teleponnya oleh negara lain, bukan hanya Presiden SBY, namun juga pemimpin-pemimpin negara maju seperti Jerman, Prancis, Swedia, serta sejumlah negara berkembang seperti Brasil, Malaysia dan Meksiko. Kebanyakan mereka disadap oleh intelijen Amerika Serikat. Total jumlah pemimpin yang disadap sebanyak 35 negara. Wow!


Setelah ramainya penyadapan terhadap presiden SBY dan sejumlah menteri, beberapa pengamat mulai dari politik sampai IT, buka suara. Ada yang positif, ada yang serius, ada yang marah, ada yang kecewa, tapi ada juga yang lucu. Lucunya? Seorang pengamat yang katanya pengamat IT, menuding pemerintah lemah dalam keamanan rahasia negara. Dia mengatakan seharusnya, telepon presiden tidak bisa disadap. “Indonesia masih lemah…”


Hei… buka mata buka telinga. Teknologi Jerman kurang canggih apa? Dibandingkan Indonesia mereka jauh lebih canggih. Demikian pula Prancis dan sejumlah negara Eropa lainnya. Hei… pemimpin mereka juga disadap, bisa disadap. Bahkan, telepon seluler Angela Merkel, Kanselir Jerman sudah disadap sejak tahun 2002.


Sadap Itu bukan Soal Bisa, Tapi ETIKA

Kanselir Jerman dan sejumlah pemimpin Eropa marah besar terhadap penyadapan itu. Marah besar! Warga di negara itu juga marah kepada Amerika Serikat yang menyadap pemimpin mereka. Kemarahan itu ditunjukkan dengan berbagai cara, mulai dari pernyataan sampai tindakan. Entahlah apakah di sana ada pengamat IT yang menyalahkan teknologi handphone Kanselir Jerman yang ketinggalan zaman, sehingga bisa disadap!


Namun, ternyata… teknologi handphone atau telepon pada dasarnya memang bisa disadap, dan relatif mudah disadap. Buatan manusia kok. KPK saja dengan mudah bisa menyadap sejumlah nomor telepon orang-orang yang dianggap berpotensi melakukan korupsi. Jadi, soal sadap menyadap itu memang mudah dilakukan. Secanggih apapun teknologinya, tetap bisa disadap. Karena di atas teknologi pasti ada lagi teknologi baru yang lebih canggih.


Sadap menyadap bukan soal bisa atau tidak bisa, melainkan soal ETIKA. KPK boleh menyadap, karena dibolehkan oleh Undang-undang. Sah. Sedangkan intelijen negara asing, tidak punya dasar untuk menyadap pemimpin negara lain. Itu ilegal. Itu TIDAK BERETIKA. Apalagi jika yang disadap adalah pemimpin negara-negara yang dianggap sebagai negara sahabat.


Sekali lagi, sadap menyadap ini bukan soal bisa atau tidak bisa, melainkan soal ETIKA. Maka, wajar jika Angela Merkel dan sejumlah pemimpin di Eropa, marah besar kepada Amerika Serikat. Wajar, jika Indonesia juga marah besar kepada Australia, sampai harus menarik duta besarnya dari sana. Wajar, jika kita juga marah kepada Australia, karena bangsa kita dilecehkan oleh aksi-aksi intelijen yang TIDAK BERETIKA.


Tidak pada tempatnya saat ini, kalau kita justru menyalahkan kita sendiri. Lucu.



sumber : http://politik.kompasiana.com/2013/11/20/alangkah-lucunya-negeriku-kita-yang-disadap-kita-yang-disalahkan-612472.html

Alangkah Lucunya Negeriku: Kita yang Disadap, Kita yang Disalahkan! | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar