Kesibukan dalam menikmati libur akhir pekan ini bersama keluarga membuat saya agak terlambat mengetahui adanya pengumuman tentang para nominasi kompasianer favorit 2013. Namun tak ada kata terlambat untuk mengucapkan,.. selamat! Kabar nama teman-teman itu pun baru saya ketahui kemarin, ketika agak senggang (biasa..sembari ngopi) sempat baca-baca kompasiana via hape, ada posting tentang itu dan link micrositenya. Sayang, tidak maksimal terbuka dan tidak tampil di laman utama Kompasiana ini.
Yang jelas, admin dengan segala bauran variabel penilaiannya telah menetapkan 30 nama kompasianer sesuai kategorinya sebagai nominasi Kompasianer Terfavorit 2013. Dan, entah mengapa, di samping kehendak untuk menyampaikan ucapan selamat itu, menguat pula keinginan untuk “berbela rasa”. Kok berbela rasa? Jadi, begini, lho, saya hanya ingin “menepuk” sisi lain dari perasaan rekan-rekan kompasianer yang dinominasikan itu. Apalagi, setelah beberapa tahun “sok mengamati” tiap ajang perhelatan ini dengan segala “riuh rendahnya”.
Secara umum, para kompasianer yang dinominasikan itu tentu dihampiri sejenis rasa bangga dan gembira. Namun, tidak menutup kemungkinan, mereka pun memiliki rasa resah dan gelisah. Pertanyaan-pertanyaan berbumbu ketidakyakinan,”..Kok saya,sih? Kok bisa sih?, atau sejenisnya wajar jika muncul. Bahkan, agak frontal dikit, sebab sekitar 80% lebih para nominasi itu cukup saya “kenal”, ada beberapa yang saya tebak merasa “apes” ketika dinominasikan, sebab sebenarnya sama sekali tak ingin diberi anugerah ini. Iya,nggaaaaak??? Maka, karena ucapan selamat saja sudah terlalu lazim untuk diucapkan, saya ingin menambahnya dengan “nyleneh” namun semoga berguna, yaitu…”tabah”lah!
Bagaimanapun juga, teman-teman, sampeyan-sampeyan ini sudah dipilih oleh admin dengan segala pertimbangannya. Terimalah “cobaan” ini dengan besar dan ringan hati, santai serta nikmati saja. Dari anda-anda nantinya akan dijadikan “pemenang” melalui peran vote kompasianer lain. Rileks saja untuk menghadapi sebuah “ketakutan” lain lagi. Sebab, yang namanya jumlah vote itu banyak faktor yang mempengaruhi, tak melulu dijadikan tolak ukur kefavoritan itu. Tersedikit ataupun terbanyak votenya anda tetaplah harus percaya diri. Tak usah ngoyo mengampanyekan diri atau meminta-minta divote. Sebab, yang alamiah tentu akan lebih berkesan.
Memang, ibarat disematkan busana-busana kebesaran yang membuat berbeda dengan lainnya menimbulkan efek canggung, gerah dan seperti digelantungi bandul-bandul berat. Malahan, walau tak selalu terungkap, adanya kekecewaan ataupun “sentimen” dari kompasianer lain yang tak terpilih adalah suatu keniscayaan. Ambil sisi positifnya, sebagai bagian pengendali, pembangun atau interospeksi diri. Pepatah lama mengatakan” Semakin tinggi pohon, semakin kuenceng anginnya”.
Ingat teman-teman, paling tidak, untuk saat ini, anggaplah ini bagian dari keceriaan perayaan. Anda “ketiban sampur” dari sang idola. Menarilah dan nikmatilah suasana sepanjang pesta.
Salam nyleneh.
.
.
C.S.
Ikut “ber……..cita”
yang “tabah”…yaaaa…:D
0 komentar:
Posting Komentar