harga genset honda

Irit Vs Pelit, Beda Tipis?


Tempat saya merantau adalah Jerman yang masuk area Schwarzwald. Dalam bahasa Inggris biasa dikenal dengan Black Forest disebut juga hutan „hitam“ saking lebatnya hutan di sekeliling kami. Schwarz=hitam=gelap=rimbun.


Masyarakat Schwaben disebut-sebut sebagai bangsa yang geizig atau pelit. Setelah bergabung dengan kelompok ini sejak 2006, saya jadi mengerti mengapa mereka disebut begitu. Benarkah mereka ini pelit? Atau memang irit alias hemat, seperti pengakuan penduduk yang berdialek Schwäbish itu?


Ternyata irit dan pelit, tetap berbeda … meski mungkin saja … tipis sekali.



13851167071145694361

Para Schwaben makan bareng di resto,



***


Bangsa Schwaben di Jerman, pelit?


Kami memang tinggal di area yang sangat indah, Schwarzwald. Dengan 4 musim, pemandangan selalu berbeda, dengan gunung dan hutan yang sama. Luar biasa anugerah Tuhan berupa kekayaan alam itu, ya?


Bukan rahasia lagi bahwa masyarakat Schwaben dikenal orang sebagai bangsa yang pelit. Lho, kok pelit?


Ada yang mengatakan alasannya adalah ketika bertamu di rumah mereka, pada umumnya, suguhannya super pahe. Wurstsalat! Apa ini? Itu adalah irisan daging (bisa babi atau unggas) yang panjang dan tipis, dicampur irisan bawang bombay, cuka, irisan keju, garam dan Brühe (air kaldu). Sudah.


Bagi yang belum terbiasa akan mengernyitkan dahi. Disuruh makan ini? Makanan lain mana?


Malah pernah suami saya yang asli orang Schwaben kaget setengah mati. Ia dipaksa seorang kawan untuk makan malam (padahal saya sudah mau masak istimewa untuknya). Setelah tiba disana, ternyata yang disajikan adalah Käsesalat (Käse=keju). Keju yang dipotong-potong panjang dan dicampur banyak sekali irisan bawang bombay. Lahhhhh, kekasih hati saya itu memang terbiasa dengan Wurstsalat tetapi tidak dengan salat keju. Apalagi ia memang sudah lama dimanjakan budaya Indonesia dan Pakistan yang sangat memuja tamu. Jamuan makan selalu berlimpah. Yaaa … makanya, makan ya di rumah saja, Honey … terjamin.


Haha … lalu saya tanya padanya, yang orang Schwaben, saya atau suami?


Belahan jiwa saya itu bercerita bahwa ayahnya (red: mertua saya yang laki-laki) masih mengenal jaman PD II. Hidup jaman itu susah, susaaaah sekali. Jadi keluarganya sampai kini sangat berhemat. Makan seadanya, kalau tidak perlu dan penting tak usah beli …. Meskipun dengan latar belakang yang bisa dipahami, kadang susah membedakan ayahnya itu sedang irit atau pelit.


Seorang nenek berumur 70 tahun mengatakan bahwa ia memandang bangsanya itu bukan pelit tapi irit, seadanya. Kalau bisanya membeli Wurstsalat ya sudah, dihidangkan kepada tamu. Selain murah, bikinnya mudah. Nanti kalau macam-macam yang dimasak, tidak dimakan lalu dibuang, sayang. Begitu elaknya.


Begitu pula ibu-ibu dan oma-oma yang sering saya undang makan masakan Indonesia di rumah kami. Mereka keheranan mengapa saya begitu repot memasak? Ada tumpeng, mie, gorengan, ayam goreng, telur rebus iris, es buah …. Katanya, lain kali buat lumpia saja sudah cukup bagi mereka.


Lalu saya jelaskan adat di rumah ibu saya. Menyajikan nasi dan lauk pauk serta sayur mayur untuk tamu. Tidak perlu mewah yang penting selengkap itu komposisinya.


Orang di Schwarzwald, termasuk pemakan segala. Maksudnya mereka ini juga memakan Innerei, bagian dalam hewan seperti orang Jawa (red: jeroan). Padahal sebagian besar orang Jerman amat jijik dan pantang melahapnya. Tidak untuk orang Schwaben yang sudah terbiasa makan Kuttle (babat yang sudah dicuci bersih, berwarna putih bukan hitam seperti di Jawa). Biasanya dibuat sup dengan campuran saus Rahm (warna krem) atau Braten Soße (warna coklat gelap). Hati, rempela dan jantung amatlah mudah ditemukan di swalayan sini, ketimbang swalayan Jerman bagian utara. Sayangnya, sejak pemerintah mengantisipasi penularan sapi gila, otak sapi dilarang untuk dijualbelikan tetapi secara illegal tetap bisa didapat dari teman yang bekerja di toko daging, yang punya tempat penyembelihan hewan atau pemilik kandang hewan tersebut. Siapa bilang di Jerman tidak ada kolusi? That’s what friends are for.


Oh, ya. Bangsa ini juga disentil sebagai orang-orang yang jarang mentraktir. Kalau mengajak atau mengundang orang ke restoran atau ke tempat makan, ternyata buntutnya … yarwe, bayar dhewe-dhewe alias bon dipisahkan, ditanggung yang makan! Hati-hati, selalu bawa dompet atau uang kas, ya? Jangan ngarep dibayari, meski diundang atau diajak, ya?


Pengalaman kami, lebih dari sepuluh jari, babagan diundang makan tapi bayar sendiri. Hehe … pertama kaget, lama-lama biasaaaaaa ….


Pernah sekali-dua kali, ditraktir orang Schwaben juga. Ini bukti tidak semua orang Schwaben pelit, bukan? Saya pikir dimanapun, tetap ada orang yang irit dan ada yang pelit (dan sebaliknya; royal dan suka berbagi) tak hanya di Jerman tapi seluruh dunia ….


Irit Vs Pelit


Dari pengalaman berinteraksi dengan mereka, saya jadi yakin bahwa bangsa Schwaben ini tidak pelit tapi irit. Apakah itu sebabnya banyak toko, pub, bar, resto bangkrut? Orang tidak suka belanja, tidak membuang uang percuma. Banyak orang mengutamakan penghematan. Pengencangan ikat pinggang untuk pemanfaatan dana ke pos yan lain. Misalnya, travelling. Jangan tanya sudah kemana saja orang-orang dewasa hingga lansianya. Ini hasil dari pengiritan tadi.


Seorang wanita yang memiliki banyak buah di kebunnya, ia lebih membiarkannya jatuh dan busuk daripada diberikan tetangga yang meminta atau tak ada inisiatif untuk sengaja membagikan kepada tetangga. Bisa jadi ia termasuk orang yang pelit.


Sedangkan seorang wanita yang memanfaatkan hasil kebunnya untuk membuat selai, kue, dibekukan atau dibuat manisan. Bisa jadi ia termasuk orang yang hemat. Daripada membeli makanan dan tak tahu kandungannya? Lebih baik mengolahnya sendiri dan tahu pasti apa saja dibalik produk yang ia konsumsi.


Daripada salah sangka, sebaiknya saya tanya dahulu … agar tidak ribut soal pelit atau irit ini. Jadi, julukan pelit bangsa Schwaben itu tidak merata.


Nah, selain dicap sebagai bangsa yang pelit ternyata masyarakatnya terkenal lebih humanis dibanding wilayah lainnya. Konon, keramahtamahan dan keakraban manusianya terhadap manusia lain, dianggap berbeda dengan daerah Jerman lainnya. Senang.


Hmmm … memang terkadang irit dan pelit, dua hal yang berbeda … perbedaannya, tipiskah? (G76)



sumber : http://sosbud.kompasiana.com/2013/11/22/irit-vs-pelit-beda-tipis-610371.html

Irit Vs Pelit, Beda Tipis? | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar