Jauh setengah lingkar bumi ke timur, di sana ada semboyan “Freedom of speech”. Kebebasan berbicara atau berpendapat sangat dihargai di sana. Bukan hanya untuk kalangan tertentu, tapi untuk seluruh rakyat masyarakat termasuk rakyat kecil sekalipun. Setiap individu sangat dihargai di sana, tak peduli biarpun miskin atau bodoh. Seperempat lingkar bumi ke barat, dulu di sana seorang badui pedalamanpun berhak mengutarakan pendapatnya dihadapan nabi.
Ke timur maupun ke barat, suara rakyat sangat diperhatikan. Bagaimana di sini? Di sini suara rakyat kecil dimanipulasi, diperjualbelikan, ditindas, dibully, dan yang paling sering adalah diabaikan. Yang berhak bersuara adalah mereka yang berkuasa, atau yang berduit, atau yang pintar. Rakyat kecil yang biasanya kurang uang dan kurang pintar, jangan harap suaranya akan didengar. Makanya tak heran jika bertumpuk rasa frustasi yang akhirnya dilampiaskan dalam bentuk demo-demo itu.
Biarpun tidak mengerti apa itu opini, bagaimana cara beropini yang baik dan benar juga tidak dangkal, cara berargumentasi, cara berdebat, cara menyusun alasan-alasan, tapi saya sebagai rakyat kecil yang bodoh akan tetap berusaha untuk mengemukakan pendapat saya dalam bentuk opini, meskipun opini itu hanya berisi kalimat “saya setuju ini” atau “saya mendukung itu” dan sisanya hanyalah tulisan ulang dari artikel lain sekedar untuk memenuhi batasan jumlah minimal kata di kompasiana.
0 komentar:
Posting Komentar