Ribut-ribut soal pernyataan Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahok terhadap kenakalan
pelajar hingga keluar ucapan,“calon anak bajingan” membuat penulis
tersenyum-senyum. Andai saja Ahok dan mereka yang pro serta kontra mengetahui
sejarah kata “bajingan” tentu tak perlu terjadi kehebohan seperti saat ini.
Saya pernah menulis sejarah kata bajingan di Kompasiana disini. Sekedar untuk
mengingatkan kembali, kata “bajingan” sebenarnya adalah sebuah profesi atau
pekerjaan pengemudi gerobak sapi atau kusir pedati yang ditarik sapi. Nah lho?
Kenapa bisa kata bajingan sekarang ini menjadi kata umpatan? Bukankah itu
pekerjaan yang baik-baik saja serta halal?
Konon, berdasar keterangan turun temurun simbah-simbah kita, pada jaman dulu
disebagian pulau Jawa, dimasa kendaraan belum banyak, masyarakat yang ingin
bepergian ke kota untuk suatu keperluan biasanya mengandalkan tranportasi
gerobak sapi ini, dengan ikut nebeng. (Disebagian wilayah Jogja masih ada para
bajingan ini)
Karena jam lewatnya gerobak sapi ini tidak menentu, pagi, siang, sore atau malam
hari, kadang membuat orang yang menunggunya menjadi tidak sabar, hingga keluar
kata,“Bajingane kok suwe temen?”, ‘bajingannya kok lama benar?’ atau kata,
“Tekane kok suwe temen bajingan” yang berarti,’datangnya kok lama benar
bajingan’
Seiring waktu ada pergeseran makna kata bajingan. Dahulu pun kata bajingan
digunakan untuk menggambarkan keterlambatan seseorang atau sesuatu, hingga
terucap,“Suwe temen sih kaya bajingan!” ‘Lama bener sih seperti bajingan!’
Kata bajingan jadi semakin jauh dari arti sesungguhnya.
Pada masa kecil penulis sudah sering mendengar kata bajingan, yang dikira berasal
dari kata hewan bajing menjadi umpatan yang umum, bukan sekedar ungkapan
terhadap keterlambatan seseorang. Pergeseran makna yang cukup unik. Memang
terdengar sangat kasar untuk sebagian orang. Jadi kalau sekarang ini ramai
meributkan kata-kata bajingan dari Ahok, jelas semua yang pro dan kontra secara
tidak langsung mempermasalahkan salah satu profesi yang cukup baik serta halal,
Bajingan!
Inilah Bajingan/republika.co.id
Jogja, 18/11/2013
0 komentar:
Posting Komentar