www.andaka.com
Oleh : Atep Afia Hidayat - Luar biasa, hasrat itu muncul ke permukaan, dinyatakan secara jelas, dan orang-orang pun memahami. Belakangan banyak orang yang begitu menggebu-gebu menyampaikan hasrat yang dulunya terpendam, hasrat menjadi presiden, ingin menjadi orang nomor satu di negeri ini.
Adanya keinginan menjadi presiden merupakan hal yang wajar dan patut disyukuri bersama. Coba bayangkan, seandainya di negeri berpenduduk 240 juta ini tidak ada satu pun yang berkeinginan menjadi presiden. Tentu sangat berbahaya bagi kelangsungan bangsa dan Negara. Masa iya harus mengimpor calon presiden.
Kita wajib berterimakasih kepada siapapun yang berambisi menjadi presiden, berarti mereka punya niat baik untuk mempertahankan keberlangsungan bangsa dan Negara ini. Jangan lantas ditanggapi dengan skeptis dan perasaan nyinyir, kurang srek, sentimental, prasangka buruk dan sebagainya. Biarkan saja siapapun menyampaikan hasratnya, sehingga publik dapat mengetahuinya dengan pasti, untuk kemudian dicermati, dari sekian banyak peminat berapa banyak yang benar-benar layak. Semua bisa memberikan penilaian secara obyektif.
Belakangan iklan calon presiden bertebaran, baik melalui media online, elektronik atau cetak. Mereka mencoba mengkomunikasikan hasrat terpendamnya, supaya mendapat dukungan yang makin meluas. Sudah jelas biaya yang dikeluarkan sangat besar, bisa ratusan milyar. Taka apa, mereka umumnya politisi berkantong tebal, yang menyiapkan anggaran kampanye dari kantong pribadinya atau donatur di sekitarnya, asalkan anggaran promosi itu tidak diambil dari duit negara atau duit rakyat.
Dari sekian banyak bakal calon presiden, sudah dapat diketahui mana yang sangat ambisius dan mana yang pura-pura tidak berambisi. Kita juga jauh-jauh hari sudah memahami, mana yang mendapat dukungan rakyat dan mana yang pura-pura atau seolah-olah mendapat dukungan rakyat. Dari iklan yang ditayangkan bisa dicermati, mana tokoh yang berkapasitas mumpuni dan mana tokoh yang kurang berkapasitas.
Pemilu 2014 memang tinggal menghitung bulan, sebagai rakyat yang merupakan komponen bangsa dan Negara, tentu saja kita punya kewajiban untuk memilih pemimpin bangsa dan Negara, kemudian memberikan kepercayaan untuk membentuk pemerintah yang kuat, bersih dan berwibawa.
Sudah selayaknya sesame bakal calon presiden harus berkompetisi secara sehat dan produktif, perlu membentuk sinergi untuk kemajuan bangsa dan Negara. Jangan malah saling mencemooh dan merendahkan, atau menghembuskan isu-isu negatif dan tidak sehat. Bertarunglah secara fair play, jangan sekalipun berbuat curang, kalau begitu kelak rakyat akan memberikan “kartu kuning”, bahkan “kartu merah”. Sangat elok jika di antara sesama bakal calon presiden saling hormat-menghormati, apalagi jika berkompetisi sekaligus berkoalisi dan berkolaborasi untuk bangsa dan negara. (Atep Afia)
Dipublikasikan juga melalui :
0 komentar:
Posting Komentar