harga genset honda

Degradasi si Gubernur Pemalas dan Pembolos?


Kang becik iku lamun ngerti anane bebrayan agung, ing ngarsa asung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani (yang baik itu kalau mengerti akan hidup bermasyarakat dan bernegara, maka di depan memberi teladan, di tengah menjadi penggerak, di belakang memberi daya kekuatan).


Ratu kang darbe watek ber budi bawa leksana, ambeg paramarta, kusuma rembesing madu, wijiling atapa, iku mesthi dipundhi-pundhi dening para kawula (Pengusaha yang berjiwa besar dan berhati mulia, ambeg paramarta, luhur lahir batin dan gemar prihatin, pasti dijunjung tinggi oleh rakyatnya).


Lamun sira darbe penguwasa aja sira luru aleman, jalaran mau bakal ketemu pituwase kang ora prayoga (kalau engkau menjadi penguasa janganlah hanya ingin dipuji-puji saja, sebab hal yang demikian iktu akibatnya tidak baik).


Janma iku tan kena kinira kinaya ngapa, mula aja sira seneng ngaku lan rumangsa pinter dhewe (manusia itu walau bagaimanapun tidak bisa diterka, oleh karena itu janganlah engkau suka mengaku dan merasa paling pandai).


Dhasaring negara iku ana lima, kapisan pasrah anane negara iki marang Kang Murbeng Dumadi. Kapindho precaya marang anane manungsa iki saka Kang Murbeng Dumadi. Kaping telu aja sira nglirwakake bangsanira pribadi. Kaping papat sira aja mung kepengin menang dhewa, mula prelu rerembugan amrih becike. Kaping lima kewajiban aweh sandhang kawalan pangan lan uga njaga katentreman lahir kelawan batin (dasar negara itu ada lima, pertama pasrah adanya negara itu kepada Tuhan. Kedua, percaya bahwa manusia ini dari Tuhan adanya. Ketiga jangan mengabaikan bangsamu sendiri. Keempat, engkau jangan ingin menang sendiri karena itu harus suka berunding bagaimana baiknya. Kelima, berkewajiban memberi sandang-pangan serta ketenteraman lahir-batin).

- Pituduh Jawa


Untuk mengelola pemerintahan dengan baik terlebih dulu harus mau bekerja keras, memberi contoh teladan kepada rakyat.


Bila orang yang menduduki jabatan tinggi bisa memberi contoh teladan yang baik, rakyat tidak perlu diperintah lagi dan akan menyelesaikan tugas dengan baik serta melaksanakan pekerjaan yang telah diperintahkan. Kalau atasan tidak memberi contoh yang baik, meskipun sudah diperintah, rakyat tidak akan melaksanakan perintahnya.


Jangan mau cepat berhasil, tergoda pada keuntungan kecil. Bila terburu-buru ingin menyelesaikan pekerjaan, hasil kerjanya malah tidak baik. Kalau hanya mengutamakan keserakahan dan keuntungan kecil, pekerjaan yang besar tidak akan bisa berhasil.


Berkemauan keras, berani mengambil keputusan, hidup sederhana, dan tidak banyak bicara. Keempat sifat ini sudah mendekati perilaku kemanusiaan.


Apa yang kita tidak ingin orang lain lakukan pada kita, janganlah lakukan itu kepada orang lain.


Punya kesalahan yang tidak mau diperbaiki, ini baru dikatakan kesalahan yang sesungguhnya. Kalau diri sendiri saja tidak mau diperbaiki, bagaimana bisa memperbaiki orang lain?


Tidak mengeluh kepada yang berkuasa di atas Langit dan tidak pernah menyalahkan orang lain.


Lakukan dulu dan setelah berhasil baru bicara.


-kata-kata bijak Konfusius (Kong Zi).


Bila menggunakan kebijaksanaan Jawa dan China untuk mengukur kinerja dan karakter baik Jokowi maupun Ahok, maka sesungguhnya kita bisa menilai bahwa mereka berdua adalah pemimpin gagal, pemalas yang terlalu banyak bicara sementara kinerja minus dan narsis termasuk dengan tidak tahu malu melempar isu ada pihak mencoba “mendowngrade” Jokowi yang selama seminggu terakhir dua kali bolos kerja ke Riau dan Bandung demi mencari panggung pencitraan di hadapan mahasiswa.


Membawa perdana menteri Belanda mengunjungi waduk pluit yang selama setahun baru bisa mengurus 20 hektar dan 80 hektar waduk yang mana dari 20 hektar itu pengerukan baru berjalan sebanyak 2 meter dari kedalaman 10 meter. Itupun pengerjaan sempat berhenti beberapa hari dengan alasan kontrak selesai, sementara pada saat yang bersamaan Jokowi sedang bolos ke Riau. Memang apa yang pantas dibanggakan dari waduk pluit? Taman setengah jadi yang tidak akan pernah bisa menanggulangi banjir itu? Tamanisasi adalah definisi Jokowi untuk normalisasi waduk. Sungguh gubernur tukang pamer tapi tidak ada pintar-pintarnya.


Sementara itu Ahok yang mengakui bahwa setahun tidak cukup untuk membereskan masalah pompa air di Jakarta Utara kembali ribut di media massa seperti orang gila, yang mana tampaknya dia memang ada kelainan jiwa dan otaknya terganggu. Kali ini Ahok berantem dengan komisi perlindungan anak atas kesalahannya mengatakan anak di bawah umur sebagai calon bajingan. Berantem ini. Padahal dia juga mengakui bahwa tidak ada kemajuan sama sekali dalam usaha pemprov DKI mengatasi banjir sehingga dapat dipastikan desember sampai januari Jakarta akan mengalami banjir. Walaupun bila Jokoi dan Ahok benar blusukan mereka akan mengetahui bahwa banjir di Jakarta sudah dimulai sejak Oktober, yang lebih parah dibanding sebelum era kepemimpinan Jokowi-Ahok.


Selain masalah banjir, dengan mengulangi kesalahan di Solo di mana semua pasar modern yang dibangun Jokowi sepi pembeli dan akhirnya ditinggal pedagang, masalah yang sama juga terjadi di pasar Blok G Tanah Abang, dan seperti biasa juga bukannya mengatasi persoalan pedagang, Jokowi menyalahkan para pedagang sebagai penyebab sepinya blok G. Padahal masalah semacam ini termasuk masalah kecil dibanding masalah lain di Jakarta. Bila masalah kecil saja tidak bisa diselesaikan, bagaimana mereka bisa mengatasi masalah yang lebih besar?


Melihat kenyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa menyatakan ada upaya mendowngrade seorang gubernur pembolos, pemalas dan narsis itu berlebihan, sebagai mengesankan Jokowi telah membuktikan prestasinya, akan tetapi faktanya kinerja Jokowi-Ahok memang minus dan sudah selayaknya dikritik.



sumber : http://politik.kompasiana.com/2013/11/22/degradasi-si-gubernur-pemalas-dan-pembolos-613176.html

Degradasi si Gubernur Pemalas dan Pembolos? | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar