Bangsa ini akan mengalami “Ranjau Darat” dan “Ronin” sebagai sampah peninggalan ordebaru KKN Soeharto.
Ibarat sisa-sisa laskar pajang ini bakal merajalela di muka bumi ini dan berbuat kesia-siaan, baik untuk dirinya sendir maupun terhadap anggota masyarakat lainya.
Kehilangan tongkat memang tidak enak bagi orang yang pernah merasa dirinya “berusaha” mencari jalan agar bisa berada pada strata-kekuasaan tertentu dan tiba-tiba hilang lenyap begitu saja.
Tergagau jiwanya, goncang, melamun lalu menyerang atau mengamuk bak banteng ketaton mabuk.
Negara, para pemimpin-ummat, dan para pemimpin masyarakat harus menyadari ini dari sedini mungkin. Walaupun sisa-sisa ordebaru itu nampaknya ‘Belum Kalah’ dalam masa transisi post-Soeharto era, tetapi mereka pasti kalah.
Bersiaplah menerima masa kekalahan mereka itu. Sebab begitu mereka sadar akan kekalahannya, mereka putus asa dan ‘marah’.
Itulah yang akan kita hadapi. Tidak susah menghitung itu, tidak perlu cari ‘orang pintar’ atau tukang ramal apalagi ‘para-normal.
Dengan hitungan biasa berdasarkan dataidata dapat dianalisa akan begitu jadinya.
Orang intelijen tidak mampu menganalisa dan sampai kepada kesimpulan itu.
Bahwa CIA akan redup, itupun di luar jangkauan berfikir mereka, bagi ‘mata dialegtika-idiologi’ semua hal itu mudah sekali melihatnya.
Entah ‘mata kiayi, mata ulama, mata tokoh-masyarakat, mata cendikiawan muslim’ apa bisa melihat itu atau tidak, wallahu a’lam bissawab.
Kalau jawabnya ‘dapat’ : apa yg harus di kerjakan? Dari mana mulai? Siapa yang mengerjakan? Kapan? Bagaimana? Siapkan menerima sala satu kehadiran dari mereka : atau Yahudi atau Cina-RRC maupun Cina Hoa Kiao, atau Jezuit lagi, atau bahkan amerika ?.
Semua cerita ranjau darat ataupun ronin tersebut berkaitan dengan uraian di atas. Sebab ‘nasib’ bangsa dan negara ini, mau tidak mau sama saja tergantung pada empat-faktor extern trsbut, pihak mana yang dpt ‘menguasai’ ranjau darat dan ronin itu: apakah kiayi, ulama, tokoh masyarakat, cendikiawan muslim yang mengerti ? Sayangnya, dari data yang ada, maka jawabannya adalah : ‘TIDAK MENGERTI’. Mengapa ? Kl mengerti tidak akan seperti begini bangsa dan negara ini. Bangsa yang kehilangan pedoman, kehilangan moral, kebobrokan mental pejabat, tidak tahu malu, hipokrit, opportunis, mental Ayat-kursi dan Ayat Fulus sampai ke generasi mudannya sekalipun.
Rakyat-banyak tidak pernah salah, dan tidak benar jika disalahkan. Pemimpinyalah yang salah.
Tetapi apakah bangsa ini punya PEMIMPIN ?
Ada : pemimpin-korup Subhanallah.
Terutama: korup-kebenaran, korup-keberanian, korup-keadilan, korup-kecendikiawanan, korup-kepakaran, korup ke-kiayian, korup ke-ulamaan, korup ke-pemimpinan, korup ke-wenangan, korup ke-jabatanan, korup ke-nasionalan, korup ke-cendanaan, korup ke-fungsian, korup ke-aparatan, korup ke-tafsiran ayat Al Quran, Korup ke-haditsan dsb.
Semoga para waratsatul anbiya tidak berbahagia melihat keadaan / perobahan tsb.
Tetapi pertanyaanya : apakah mereka ‘melihat’ ? Atau ‘Telah kebacut berbahagia’ barangkali, akibat ‘puasa’ 50 tahun tanpa dinyana nemplok kuasa ?.
0 komentar:
Posting Komentar