harga genset honda

Berita Republik


Sungguh sangat asik mengikuti berita-berita di Indonesia ini.


Terbongkar bahwa Kedubes Australia di Jakarta dimanfaatkan sebagai tempat melakukan penyadapan. Reaksi pemerintah yang menuntut adanya pembuktian sungguh aneh, sebab di manapun dan kapanpun yang namanya kegiatan spionase pasti menghindari pembuktian atau memusnahkan semua bukti. Tetapi yang paling aneh adalah betapa pemerintah Australia tidak memahami karakter pejabat Indonesia yang tukang ngomong. Sesungguhnya tidak diperlukan alat-alat penyadap, cukup dengarkan saja dan pancing agar mau berbicara, maka pejabat Indonesia itu akan serta-merta nyerocos sepanjang waktu. Dari semua bagian tubuh pejabat Indonesia, yang paling berfungsi adalah mulut. Itulah sifat pejabat Indonesia dan aneh kalau Australia tidak memahami itu.


Entah terbitan tanggal berapa, tapi saya pernah baca di Harian Kompas dua berita yang letaknya berdekatan. Berita pertama tentang Akil yang diduga menerima suap 3 miliar rupiah saat menangani sengketa pilkada. Berita di sebelahnya tentang Kejaksaan Agung Amerika Serikat yang menolak tawaran uang dari JP Morgan sebesar 11 miliar dolar. Tawaran uang dalam jumlah fantastis ini adalah agar kejaksaan agung AS menghentikan penyelidikan mengenai kecurangan yang dilakukan JP Morgan di pasar keuangan. Perbandingan 3 miliar rupiah terhadap 11 miliar dolar sungguh sangat jauh, ibarat jarak surga ke neraka. Betapa harga diri di sini dengan di sana sungguh teramat sangat jauh perbedaannya.


Seperti yang saya duga, bapak Mendagri masih akan melontarkan pernyataan kontroversial dan nyeleneh. Dulu pada mulanya dikatakan bahwa KTP elektronik itu akan membuat data kependudukan menjadi sangat valid dan kita akan memiliki data base kependudukan sejajar dengan negara-negara maju. Dijanjikan bahwa EKTP tuntas sampai batas Desember 2012. Kalau tidak saya akan mengundurkan diri, kata Bapak Gamawan Fauzi.


Yang jelas hingga saat ini, November 2014, EKTP tetap tidak tuntas. Dan Bapak Gamawan Fauzi menyalahkan penduduk karena tidak mau proaktif mengurus EKTP. Dan ini mengherankan, kata Bapak Gamawan Fauzi bahwa EKTP tidak berkaitan dengan Daftar Pemilih Tetap. Saya mau mundur, terbitkan saja SK-nya, kata bapak ini lagi. Hahahaaaaa …..aaaaaa…….. ……. %%%%%%$$$$$$.


Biaya 5,8 triliun rupiah untuk proyek EKTP tetapi EKTP tidak dapat digunakan untuk apapun?, bah..bah…bah. Lalu data-base kependudukan seperti apa yang dimaksudkan yang akan membuat kita sejajar dengan negara maju?. Bapak bilang penduduk tidak proaktip?, keterlaluan. Banyak penduduk yang sudah direkam datanya setahun lalu, tapi EKTP-nya hingga kini belum ada, siapa atau dimana yang salah?. Penduduk di desa saya sangat proaktif, mereka beramai-ramai ke kantor kecamatan untuk mengurus EKTP, eh ternyata di kantor kecamatan petugasnya belum hadir, pada hal penduduk ini sudah meninggalkan sawahnya selama seharian penuh. Bulan berikutnya mereka datang lagi, eh peralatannya sedang ngadat. Beberapa kali seperti itu, penduduk sampai bosan dan melupakan EKTP. Dan kini bapak menyalahkan mereka?.


Dan kalau mau mundur prosedurnya adalah ajukan surat pengunduran diri ke Presiden, nanti Presiden yang memutuskan disetujui atau tidak disetujui. Kalau saya menunggu SK pemberhentian padahal saya tidak mengajukan pengunduran diri, itu namanya saya dipecat.


Hakim cantik itu, diberhentikan karena perselingkuhan. Terus terang saya mengagumi kecantikannya (foto di koran SINDO). Bahenol, kulit putih, hidung mancung, sangat menggoda hasrat dan mendirikan bulu roma terutama bulu ketek. Itulah sebabnya saya cemburu terhadap pria teman selingkuhnya, amboi. Seandainya pria itu adalah saya. Suap, selingkuh dan narkoba adalah trend yang mewabah di kalangan orang-orang yang diharapkan sebagai penjaga moral.


Sejumlah pengamat menyebut pemilu 2014 sebagai momen penting menuju transisi berdemokrasi yang lebih matang. Tetapi melihat Daftar Caleg Tetap (DCT) yang dilansir KPU, sebanyak 92% adalah petahana. Sementara kita semua sudah tahu seperti apa kinerja dan moral anggota legislatif periode 2009 – 2014, tetapi pada pemilu 2014 nanti kita dipaksa atau terpaksa harus memilih mereka lagi. Lalu kematangan berdemokrasi seperti apa yang kita harapkan?. Kita hanya akan melompat dari demokrasi mentah menuju demokrasi gosong, tanpa pernah matang.


Jangan memilih pemimpin yang pintar mengumbar janji, tetapi pilihlah yang memberikan karya nyata. Jangan memilih pemimpin hanya berdasarkan citra, pilihlah yang berkomitmen. Begitu pidato seorang kader partai saat membagikan sembako ke rakyat di pasar tradisional. Isi pidatonya itu menghantam dirinya sendiri, rakyat yang jeli menyimpulkan bahwa yang berpidato ini tidak pantas dipilih. Pembagian sembako seperti ini hanya dilakukan menjelang pemilu saja, jadi rakyat mudah memahami bahwa itu adalah bagian dari pembentukan citra. Selama empat tahun sejak pemilu 2009, di manakah engkau berada dan apa yang kau lakukan untuk rakyat?, mengapa kau terlihat baik hanya setahun menjelang pemilu 2014? ……. !!!!!!. Begitu pertanyaan dalam hati rakyat.


Bapak Presiden, bapak Menko perekonomian, Gubernur BI, menteri perindustrian, semua sepakat dengan target pertumbuhan ekonomi pada 2014 sebesar 5,9%. Yang tidak mereka sebutkan adalah bahwa 60-70% asset bangsa telah dikuasai pihak asing (running text saat acara Lawyers Club, 10 November 2014). Paling kentara adalah penguasaan pihak asing pada kekayaan tambang yang mencapai 80%.




sumber : http://politik.kompasiana.com/2013/11/17/berita-republik-608688.html

Berita Republik | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar