Mantan Duta Besar Indonesia untuk Australia, Wiryono Sastrohandoyo, melihat ramainya isu penyadapan Australia menguntungkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjelang Pemilu 2014.
“SBY menikmati nasionalisme yang kuat sehingga menguntungkan dia, tapi dia tidak merencanakan ini. Ini terjadi begitu saja,” kata Wiryono kepada TEMPO
Benarkah isu penyadapan intelijen Australia tersebut menguntungkan SBY? Atau, justru sebaliknya, isu ini merugikan SBY?
Benar isu penyadapan ini bukan SBY yang menciptakannya. Isu ini digulirkan The Guardian sejak 25 Oktober 2013 setelah eks analis NSA Edward Snowden membocorkan dokumen-dokumen rahasia yang disimpannya. Snowden mengungkapkan dinas intelijen Amerika dan sekutunya menyadap saluran komunikasi Perdana Menteri Jerman Angela Markel dan 35 kepala negara lainnya. Sontak, Markel dan kepala negara yang menjadi sasaran sadap bereaksi keras.
Indonesia yang menjadi sasaran sadap baru bereaksi pada 30 Oktober 2013. Lewat Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa, Pemerintah Indonesia menyatakan tidak dapat menerima dan memprotes keberadaaan fasilitas penyadapan di Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta.
Belum juga Pemerintah bereaksi lebih keras kepada Pemerintah Obama, Indonesia kembali dikejutkan dengan laporan Sydney Morning Herald pada Kamis 31 Oktober 2013 yang menyebut kantor Kedutaan Besar Australia di Jakarta turut menjadi lokasi penyadapan sinyal elektronik. Surat kabar tersebut mengutip dokumen rahasia Badan Keamanan Nasional AS (NSA) yang dimuat di majalah Jerman, Der Spiegel. Dokumen itu dilaporkan jelas-jelas menyebut Direktorat Sinyal Pertahanan Australia (DSD) mengoperasikan fasilitas program STATEROOM
Sekalipun sudah banyak pernyataan yang mendesak Presiden SBY untuk bersikap tegas, namun presiden tidak menanggapi desakam tersebut. Menurut Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Luar Negeri Teuku Faizasyah, Presiden tidak perlu lagi menyampaikan pernyataannya karena pernyataan Marty sudah berdasarkan arahan dari Presiden SBY.
Barulah setelah pada 18 November 2013 media merilis bagian dokumen berjudul “3D Impact and Update” di mana disebutkan ada 10 pejabat Indonesia termasuk istri SBY, Ani Yudhoyono. SBY pun melontarkan protes kerasnya pada Australia. Lewat akun Twitter-nya SBY mengungah kegusarannya pada dini hari 19 November 2013.
Dari kronologi mulai dari isu penyadapan sampai reaksi keras SBY terhadap Pemerintah Australia sangat jelas menunjukkan watak SBY sebagaimana yang biasa dipertontonkannya: Lambat pada isu-isu menyangkut bangsa dan negara, cepat pada masalah yang menimpa dirinya atau keluarganya.
Tentu saja publik masih ingat bagaimana lambatnya SBY dalam menyikapi konflik KPK-Polri dalam kasus Djoko Susilo. SBY baru sigap bersikap setelah demonstran di depan gedung KPK membentangkan poster-poster bertuliskan “KPK: Kemana Presiden Kita?”. Kecepatan reaksi pun ditunjukkan presiden saat membantah kesaksian Luthfi Hasan Ishaaq yang menyebut SBY dekat dengan sosok Bunda Putri. Siang hari Luthfi bersaksi, malam hari SBY membantah.
Dalam kasus penyadapan intelijen Australia nampak jelas bagaimana SBY enggan bereaksi keras ketika hanya mendapat informasi negaranya disadap, Tapi, ketika nama istrinya disinggung dalam pemberitaan, barulah Presiden SBY bereaksi. Maka pantas dipertanyakan, faktor apa yang mendorong SBY bereaksi keras terhadap Australia? Apakah SBY berpikir kedaulatan NKRI dilanggar oleh negara jiran atau terdorong ketersinggungan karena ponsel Nokia E90-1 miliknya juga disadap?
Jika saja SBY bereaksi keras sejak laporan itu dipublikasikan tentunya publik akan mengapresiasinya. SBY pun akan dipandang sebagai seorang nasionalis, patriot pembela bangsa dan negara. Tentu saja penilaian tersebut sangat menguntungkan SBY dan Partai Demokrat jelas 2014 nanti. Masalahnya, SBY baru bereaksi setelah mengetahui nama istrinya tercantum dalam dokumen yang dibeberkan Snowden. Sikap inilah yang justru membuahkan cibiran bagi SBY.
Dengan demikian isu penyadapan Australia yang seharusnya bisa menguntungkan dan dimanfaatkan SBY jelang 2014, namun faktanya isu ini justru merugikannya. Respon publik atas isu ini bisa dilihat di berbagai media sosial. Masyarakat Indonesia mengecam keras penyadapan Australia, sekaligus mencibir reaksi SBY.
0 komentar:
Posting Komentar